Pages

Ads 468x60px

Sabtu, 14 Januari 2012

INSTITUSI PENDIDIKAN ISLAM DI MADRASAH


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang  Masalah
Manusia dalam usahanya memelihara kelanjutan hidupnya, mewariskan berbagai nilai-nilai budaya dan peradaban dari satu generasi ke generasi berikutnya, disamping itu juga sebagai pengembangan potensi yang ada pada diri agar dapat dipergunakan oleh setiap individu untuk menghadapi tantangan dan permasalahan bagi hidup setiap individu itu sendiri.
Pendidikan Islam yang dilakukan Rasulullah di Makkah merupakan bentuk dasar dari pendidikan yang bertujuan untuk membina pribadi muslim agar menjadi kader yang berjiwa kuat dan dipersiapkan menjadi masyarakat Islam, mubaligh, dan pendidik yang baik. Dan setelah hijrah, disamping membentuk pribadi muslim pendidikan Islam mengalami perkembangan dan diarahkan untuk membina seluruh aspek-aspek kehidupan manusia dalam mengelola dan menjaga kesejahteraan umat manusia.
Kepedulian Rasulullah terhadap pendidikan ini terlihat sekali pada saat selesai perang Badar, bahwa tawanan perang dari orang-orang Quraisy yang mampu membaca dan menulis ditawari oleh beliau untuk mengajar membaca dan menulis kepada masyarakat muslim di Madinah untuk menebus kebebasan mereka, sehingga dalam waktu relatif singkat masyarakat muslim di Madinah banyak yang mampu membaca dan menulis.
Dari kejadian tersebut karena terjadi perubahan masa ke masa maka terbentuklah yang dinamakan madrasah, madrasah tidak hanya diartikan sekolah dalam arti sempit, tetapi juga bisa dimaknai rumah, istana, kuttab, perpustakaan, surau, masjid. Bahkan seorang ibu juga bisa dikatakan sebagai madrasah pemula
B.     Rumusan Masalah
1.      Faktor  apa saja berdirinya sejarah institusi pendidikan islam di madrasah?
2.      Dimanakah pusat-pusat madrasah yang terkenal pada masa pertumbuhan pendidikan islam?
3.      Bagaimana peranan Pendidikan islam pada madrasah serta pembakuan kurikulum sekolah umum dan madrasah?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Institusi Pendidikan Islam di Madrasah
Kalau dicermati istilah madrasah dari aspek derivasi kata, maka madrasah merupakan ism makan dari kata darasa yang berarti belajar. Jadi madrasah berarti tempat belajar baggi siswa atau maha siswa (umat islam).[1] Istilah madrasah tidak hanya diartikan sekolah dalam arti sempit, tetapi juga bisa dimaknai rumah, istana, kuttab, perpustakaan, surau, masjid. Bahkan seorang ibu juga bisa dikatakan sebagai madrasah pemula.[2]
Diantara faktor yang mendukung berdirinya madrasah adalah faktor politik, hal ini bermula pada perpecahan yang terjadi akibat dari berdirinya kekhalifahan Syiah di Kairo yang memisahkan diri dari kekhalifahan Sunni di Baghdad sebelum akhir abad ke 4 Hijriyah. Selain karena perbedaan doktrin kedua golongan terjadi pula persaingan diantara keduanya. Maka dari itu pendidikan menjadi senjata dari perlombaan politik tersebut.[3]
Khalifah-khalifah Syiah di Kairo mengklaim diri mereka sebagai keturunan Nabi dan mereka memperkuatnya melalui pendidikan yang terencana dan diselenggarakan oleh negara yang berpusat pada lembaga yang diberi nama Dar-al-Ilmi. Sebuah masjid yang berhasil direbut di Kairo segera digunakan sebagai tempat belajar sesuai dengan doktrin penguasa baru. Masjid ini sekarang dikenal dengan Al-Azhar, dan dianggap sebagai universitas tertua di dunia.
Menanggapi tantangan pendidikan tersebut, meskipun agak terlambat khalifah Sunni yang berada di Baghdad dengan langkah yang sama juga mendirikan lembaga pendidikan yang diberi nama madrasah pada abad ke 5 hijriyah. Serupa dengan apa yang dilakukan oleh saingannya, lembaga ini didirikan guna menyebarluaskan dogma penguasa saat itu.
Diantara motivasi pendirian madrasah adalah untuk mengambil hati rakyat, mengaharap ampunan dari Allah, memelihara kehidupan anak-anak di kemudian hari, memperkuat aliran keagamaan bagi sultan atau penguasa.(motif politik ini yg paling dominan). Masih pada abad 5 hijriyah Nizam Al-Mulk salah seorang wazir Dinasti Seljuk yang sunni dan juga seorang penganut ideologi Syafiiyah Asyariyah, merasa bahwa untuk melawan ideologi Dinasti Fathimiyah di Kairo yang beraliran Syiah saat itu tidak cukup dengan mengangkat senjata, maka beliau berinisiatif untuk mendirikan madrasah-madrasah di setiap kota daerah kekuasaannya yang tidak lain untuk membendung doktrin-doktrin Syi ’a h yang disebarkan secara aktif dan sistematik oleh Dinasty Fathimiyah.
Lahirnya lembaga pendidikan formal dalam bentuk madrasah merupakan pengembangan dari sistem pengajaran dan pendidikan yang pada awalnya berlangsung di masjid-masjid. Disisi lain perkembangan dari masjid ke madrasah terjadi secara tidak langsung, madrasah adalah tujuan sebagai konsekuensi logis dari semakin ramainya pengajian di masjid yang fungsi utamanya adalah ibadah. Agar tidak mengganggu kegiatan ibadah, dibuatlah tempat khusus untuk belajar yang dikenal madrasah.[4]
B.     Pusat Madrasah Yang Terkenal Pada Masa Pertumbuhan Pendidikan Islam
1.      Madrasah Makkah
Madrasah yang  mengajarkan tentang agama di antaranya Al-Qur’an, hukum-hukum halal dan haram serta mengajarkan tentang Tafsir, Hadits, Fiqih dan Sastra.
Guru yang mengajarkan pertama kali Al-Qur’an, hukum-hukum halal dan haram adalah Mu’ad bin Jabal, yang mengajarkan tentang Tafsir, Hadits, Fiqih dan Sastra adalah Abdullah bin Abbas   
2.      Madrasah Madinah
Madrasah yang mengajarkan tentang agama di antaranya hadits, Fiqih, qiraat dan disinlah bermunculan para ahli hadits, Fiqih, qiraat antara lain:
·         Ahli hadits Abdullah bin Umar, 
·         Ahli Fiqih Zaid bin Tsabit
·         Ahli qiraat Zaid bin Tsabit,
Sedangkan ahli hadits dan Ahli Fiqih: Ibn Syihab Al-Zuhri
3.      Madrasah Basrah
Madrasah yang mengajarkan tentang Agama di antaranya Fiqih, Hadits, Ilmu Hadits dan Ilmu Al-Qur’an dan disinlah bermunculan para ahli Fiqih, Hadits dan Ilmu Al-Qur’an antara lain:
·         Ahli Fiqih Abu Musa Al-Asy’ari
·         Ahli Hadits Abu Musa Al-Asy’ari
·         Ahli lmu Hadits Anas bin Malik
·         Ahli Ilmu Al-Qur’an Abu Musa Al-Asy’ari
4.      Madrasah Kufah
Madrasah yang mengajarkan tentang politik dan urusan pemerintahan dan agama.
Guru yang mengajarkan tentang politik dan urusan pemerintahan adalah Ali bin Abin Talib, yang mengajarkan tentang agama Abdullah Bin Mas’ud. Dia adalah ahli tafsir, ahli hadits dan banyak meriwayatkan hadits-hadits nabi Muhammad SAW,   
5.      Madrasah Damsyik
Madrasah yang mengajarkan tentang agama. Guru yang mengajarkan tentang agama adalah Abu Dardak
6.      Madrasah Fisrat (Mesir)
Madrasah yang mengajarkan tentang agama di antaranya Hadits, fiqih dan disinlah bermunculan para Hadits dan Fiqih antara lain:
Ahli Hadits Abdullah bin Amr bin Al-As
Ahli Fiqih Abdullah bin Lahi’ah dan Al-Lais Bin said[5]


C.    Pendidikan Islam Pada Madrasah
Lembaga pendidikan dalam bentuk madrasah sudah ada sejak agama islam berkembang di Indonesia, madrasah itu tumbuh dan berkembang dari bawah, dalam arti masyarakat (umat) yang didasari oleh rasa tanggung jawab untuk menyampaikan ajaran islam kepada genarasi penerus. Oleh Karena itu, madrasah pada waktu lebih ditekankan pada pendalaman ilmu-ilmu islam.[6]
Dalam sejarah madrasah memegang peranan penting sebagai institusi belajar ummat islam Selama pertumbuhan dan perkembangannya. Sebab madrasah merupakan transformasi dari masjid ke madrasah.[7]
Madrasah keberadaannya telah mencerdaskan kehidupan bangsa. Setelah kemerdakaan republik Indonesia, pemerintah mengambil langkah-langkah untuk mengambil penyempurnaan dan peningkatan mutu pendidikan madrasah sejalan dengan laju perkembangan dan aspirasi masyarakat penyempurnaan dan peningkatan mutu pendidikan madrasah itu meliputi: penataan kelembagaan, peningkatan sarana dan prasarana, kurikulum, dan tenaga guru.
Di Indonesia madrasah sebagai lembaga pendidikan islam dalam proses perkembangannya telah mengalami strategi pengelolaan dengan tujuan berubah disesuikan dengan tuntutan zaman, pada zaman sebelum proklamsi kemerdakaan, madrasah dikelola untuk tujuan hifup duniawi, sehingga posisinya jauh berbeda dengan system sekolah yang didirikan oleh pemerintah colonial belanda yang hanya mengarahkan program-progaramnya kepada intelektelulisasi anak didiknya guna tuntutan hidup sekuler.
Produk atau output sekolah semakin memperlebar jurang pemisah dari output atau produk pendidikan madrasah. Akibatnya, dalam kehidupan kewarganegaraan, timbullah perbedaan kualitas hidup dikalangan warga Indonesia. Sikap dan cara berfikir dan orientasinya mengalami perbedaan yang mencolok di suatu pihak produk pendidikan sekolah umum ala pemerinatah kolonial beercorak sekuler dan inteletualitas dalam sikap dan pola pikirnya, di lain pihak produk dari pendidikan madrasah beorientasi pada kehiupan uhkrawi yang mengabaikan kehidupan hidup duniawi, di mana faktor inteleqtualitas dalam berilmu pengetahuan dan bermasyarakat, sangat berperan.    
Strategi pengelolaanmadrasah tersebut mendorong kea rah posisi yang kurang menguntungkan baggi masa depan perkembangannya.
Oleh karena itu, seiring dengan tuntutan kemajuan masyarakat setelah proklamasi kemerdekaan 1945, madrasah yang eksistensinya tetap dipertahankan dalam masyarakat bangsa, diusahakan agar strategi pengelolaanya semakin mendekati system pengelolaan sekolah umum, bahkan secara pragmatis semakin berintegrasi dengan program kependidikan di sekolah umum. Demikian juga, sekolah umum harus semakin dekat kepada pendidikan agama. 
D.    Pembakuan Kurikulum Sekolah Umum dan Madrasah
Pembakuan kurikulum sekolah umum dan madrasah diantaranya antara lain:
  1. Kurikulum sekolah umum dan madrasah terdiri dari program inti dan program pilihan
  2. Program inti dalam rangka memenuhi tujuan pendidikan sekolah umum da madrasah, dan program ini sekolah umum dan madrasah secara kualitatif sama
  3. Program khusus atau (pilihan) diadakan untuk memberikan bekal kemampuan siswa yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi bagi sekolah menengah atas/madrasah aliyah
  4. Pengaturan pelaksanaan kurikulum sekolah umum dan madrasah mengenai system kredit semester, bimbingan karir, ketuntasan belajar, dan  system penilaian adalah sama
  5. Hal-hal yang berhubungan dengan tenaga guru dan sarana pendidikan dalam rangka keberhasilan pelaksanaan kurikulum akan diatur bersama oleh kedua departemen yang bersangkutan[8]  
Kurikulum 1984 menyatakan bahwa pada hakikatnya mengacu kepada SKB 3 menteri dan SKB 2 menteri, baik dalam program, tujuan maupun bahan kajian dan pelajarannya. Di antara rumusan kurikulum 1984 memuat hal strategis sebagai berikut:
  1. Program kegiatan kurikulum madrasah (MI,MTs dan MA) tahun 1984 dilakukan melalui kegiatan intern kurikuler, dan eksrakurikuler, baik dalam program inti maupun program pilihan
  2. Proses belajar mengajar dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian antara seseorang belajar dengan apa yang dipelajarinya
  3. Penilaian dilakukan secara berkesinambungan dan menyeluruh untuk peningkatan proses dan hasil belajar, serta pengelolaan program[9]

  































                                                      






BAB III
PENUTUP

Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Faktor yang mendukung berdirinya madrasah adalah faktor politik, hal ini bermula pada perpecahan yang terjadi akibat dari berdirinya kekhalifahan Syiah di Kairo yang memisahkan diri dari kekhalifahan Sunni di Baghdad sebelum akhir abad ke 4 Hijriyah. Selain karena perbedaan doktrin kedua golongan terjadi pula persaingan diantara keduanya. Maka dari itu pendidikan menjadi senjata dari perlombaan politik tersebut.
2.      Madrasah makkah, madrasah madinah, madrasah basrah, madrasah kufah, madrasah damsyik , madrasah fisrat (mesir),
3.      Peranannya sebagai institusi belajar ummat islam Selama pertumbuhan dan perkembangannya. Sebab madrasah merupakan transformasi dari masjid ke madrasah, mencerdaskan kehidupan bangsa. Setelah kemerdakaan republik Indonesia, pemerintah mengambil langkah-langkah untuk mengambil penyempurnaan dan peningkatan mutu pendidikan madrasah sejalan dengan laju perkembangan dan aspirasi masyarakat penyempurnaan dan peningkatan mutu pendidikan madrasah itu meliputi: penataan kelembagaan, peningkatan sarana dan prasarana, kurikulum, dan tenaga guru, Kurikulum sekolah umum dan madrasah terdiri dari program inti dan program pilihan, rogram inti dalam rangka memenuhi tujuan pendidikan sekolah umum da madrasah, dan program ini sekolah umum dan madrasah secara kualitatif sama
















DAFTAR PUSTAKA

Suwito, Sejaah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2005

Abd. Hamid Al-Hasyimi, Arrasulul Arabiyul Murrabiyu, Riyad: 2005

Mahmud yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992.

Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafika Persada, 2004

Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, , Bumi Aksara,

Djamaluddin, Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam, ……., Pustaka Setia, …….

Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan, Jakarta: Prenada Media, 2007

Sutejo Mawardi dkk, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Dirjen Bimbaga Islam Depag dan UT, 1996

Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasullah Sampai Indonesia, Jakarta: Putra Kencana, 2007

























RIWAYAT HIDUP
a                                       Syamsul Arifin dilahirkan di Dusum Oberran RT 01/RW 06 Desa Murtajih Kecamatan Pademauwu Kabupaten Pamekasan. Lahir pada Tanggal 26 April 1989 anak ke 1 dari 2 bersaudara, putra dari bapak M. Sajjadi dan Ibu Hamsiya .
Pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi di tempuh di sejumlah tempat yang berbeda. Sekolah dasar lulus pada tahun 2001 di SDN Murtajih II,  SLTP tahun 2004 di MTs. Negeri Pademawu, SMA tahun 2006 di Madrasah Aliyah Negeri Jungcangcang Pamekasan I, sedangkan perguruan tinggi  ditempuh di STAIN Pamekasan sejak tahun 2007, pada jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam. (085 334 820 495)


[1] Suwito, Sejaah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 214
[2] Abd. Hamid Al-Hasyimi, Arrasulul Arabiyul Murrabiyu, ( Riyad: 2005) hlm. 200
[3]   Mahmud yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992), hlm.
[4]   Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafika Persada, 2004), hlm. 58
[5]   Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (        ,, Bumi Aksara,….), hlm. 72-74
[6]   Djamaluddin, Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (……., Pustaka Setia, …….), hlm. 23
[7]   Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2007), hlm. 120
[8]   Sutejo Mawardi dkk, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Dirjen Bimbaga Islam Depag dan UT, 1996), hlm. 53
[9]   Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasullah Sampai Indonesia, (Jakarta: Putra Kencana, 2007), hlm. 366-367

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search This Blog

Blogroll

Blogger templates