Pages

Ads 468x60px

Sabtu, 14 Januari 2012

Biografi Ismail Raji Al-Faruqi dan konteks pemikirannya


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Akibat dari paradigma yang sekuler, pengetahuan modern (barat) menjadi kering, bahkan terpisah dari nilai-nilai tauhid dan theologis. Demi menjaga identitas keislaman dalam persaingan budaya global, para ilmuan muslim bersikap defensive dengan mengambil posisi muslim konservatif-statis, yakni dengan melarang segala bentuk inokasi dan mengedapankan ketaatan fanatik terhadap syari’ah yang dianggap telah final. Mereka melupakan sumber kreativitas yakni ijtihad, bahkan menenangkan ketetutupannya.
Sikap keilmuan muslim tersebut pada akhirnya bisa menimbulkan pemisahan wahyu dari akal, pemisahan pemikian dari aksi dan pemisahan pikiran dari kultur, bahkan menimbulkakn stagnasi keilmuan dikalangan mereka. Sehingga dampak negatif dari model keilmuan islam sendiri tidak kalah membahayakan dibanding sains barat. Oleh Karena itu, perlu usaha untuk mempertemukan kelebihan diantara keduanya. Sehingga lahir keilmuan baru yang modern tetapi tetap bersifat religius dan bernafaskan tauhid.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana biografi seorang tokoh filosof muslim (Ismail Raji Al-Faruqi) ?
2.      Bagaimana konsep pendidikan Ismail Raji Al-Faruqi ?
3.      Apa saja kontribusi Ismail Raji Al-Faruqi ?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui biografi Ismail Raji Al-Faruqi
2.      Untuk mengetahui konsep pendidikan Ismail Raji Al-Faruqi
3.      Untuk mengetahui apa saja kontribusi Ismail Raji Al-Faruqi






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Biografi Ismail Raji Al-Faruqi
Ismail Raji Al-Faruqi lahir pada tanggal 1 januari 1921 di Jaffa, Palestina.[1] Ayahnya seorang qodi di palestina. Pengalaman pendidikanya di awali dari pendidikan madrasah di desa kelahirannya (college des ferese), Libanon yang menggunakan bahasa prancis sebagai bahasa pengantarnya, predikat sarjana muda diperolehnya dari Amerika university, Bairut jurusan filsafat pada tahun 1941
Ismail Raji Al-Faruqi  pernah menjadi pegawai negeri selama empat tahun di palestina yang ketika itu masih dalam status mandat Inggris. Karir birokrasi Ismail Raji Al-Faruqi pernah mencapai jabatan sebagai gubenur di Galilela, Palestina pada usia 24 tahun. Namun jabatan ini tidak lama karena pada tahun 1947 propinsi tersebut jatuh ke tangan Israel, sehingga ia pindah ke Amerika serikat pada tahun 1948.[2]
Pada tahun 1949 Ismail Raji Al-Faruqi melanjutkan studinya di Universitas Indian sampai meraih gelar master dalam bidang filsafat. Dua tahun kemudian ia meraih gelar master kedua dalam bidang yang sama dari universitas Harvard. Pada tahun 1952 ia meraih gelar Ph. D dari Universitas Indian dengan disertasi berjudul “Tentang Pembenahan Tuhan: Metafisika dan Epistimologi nilai”.[3] Namun apa yang ia capai tidak memuaskan, karena itu ia kemudian pergi ke Mesir untuk lebih mendalam ilmu keislaman di universitas Al-Azhar Kairo.
Ismail Raji Al-Faruqi mulai mengajar di Mcbill University, Kanada pada tahun 1959. Pada tahun 1961-1963 ia pindah ke Karachi Pakistan untuk ikut bagian dalam kegiatan Centeral Intitute For Islame Researh dan jurnalnya Islamic Studies. Tahun 1968 ia pindah ke temple university Philadelpia sebagai guru besar agama dan mendirikan pusat kajian islam.
Hidup Ismail Raji Al-Faruqi berahir tragis setelah ia dan isterinya dibunuh pembunuh gelap di rumahnya di Philadelphia pada tanggal 27 Mei 1986. beberapa penganut menduga bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh Zionis Yahudi karena proyek Ismail Raji Al-Faruqi yang demikian inten untuk kemajuan islam.[4]      
B.     Konsep Pendidikan Ismail Raji Al-Faruqi
1.      Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi tentang Pendidikan
Menurut Ismail Raji Al-Faruqi, ummat islam saat ini berada dalam keadaan yang lemah. Kemerosotan muslim dewasa ini telah menjadikan islam pada zaman kemunduran. Dikalangan kaum muslimin berkembang buta huruf, kebodohan dan tahayyul. Akibatnya, ummat islam awam lari pada keyakinan yang buta, bersandar pada literalisme dan legalisme, atau menyerahkan diri kepada syaikh (pemimpin) mereka. Dalam keadaan seperti ini masyarakat muslim melihat kemajuan barat sebagai sesuatu yang menganggumkan.[5]
Kemajuan yang mereka capai hanya merupakan kemajuan yang semu, di satu pihak ummat islam telah berkenalan dengan peradaban barat modern, tetapi di pihak lain mereka kekhilangan pijakan yang kokoh, yaitu pedoman hidup yang bersumber dari moral agama. Oleh karena itu, ummat islam terkesan mengambil sikap mendua, antara tradisi keislaman dan nilai-nilai peradaban barat modern. Pandangan dualisme yang demikian ini menjadi penyebab dari kemunduran yang dialami ummat islam, bahkan sudah mencapai tingkat serius dan mengkhwatirkan yang disebut sebagai “Malaisme”.
Menurut Ismail Raji Al-Faruqi sebagai efek dari “Malaisme” yang dihadapi ummat islam sebagai bahasa anak tangga terbawah, mengakibatkan tibulnya dualisme dalam pendidikan islam dan kehidupan ummat. Sebagai prasyarat untuk menghilangkan dualisme tersebut dan sekaligus mencari jalan keluar dari “Malaisme” maka pengetahuan harus diislamisasikan atau diadakan asimilasi pengetahuan agar serasi dengan ajaran tauhid dan ajaran islam.[6]
Tauhid menurut Ismail Raji Al-Faruqi dianggap sebagai esensi pengalaman agama seorang muslim dan bahkan identik dengan pandagan filsafat penciptaan manusia, oleh karenanya tauhid menurut kayakinan Ismail Raji Al-Faruqi bersifat alamiah Ismail Raji Al-Faruqi berusaha menjadikan tauhid sebagai penggiring atas upaya praktis dalam proses islamisasi ilmu pengetahuan, ia juga berusaha menerjemahkan nilai-nilai qur’ani yang selalu relevan dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.[7]
Perceraian sains dari nilai theologis memberikan implikasi negatif. Pertama dalam aplikasinya sains modern melihat alam beserta hukum dan polanya, kedua, secara metodologis, sains modern tidak terkecuali ilmu sosial, tidak bisa diterapkan untuk memahami realitas sosial masyarakat muslim yang mempunyai pandangan hidup berbeda dari barat.[8]    
Oleh karena itu, menurut Ismail Raji Al-Faruqi persoalan persoalan yang cukup berkelindan  hanya bisa diselesaikan bila sistem pendidikan islam kembali pada roh nilai-nilai ilahiyah sebagai sistem moral dan sistem kepribadian pendidikan islam yang mengacu pada nilai tauhid. Melalui nilai tauhid, paling tidak ada dua aspek pemahaman yang bisa dikembangkan yaitu aspek natural (kehidupan kekinian) dan transendental (ketuhanan).[9]  
Konsep islamisasi ilmu pengetahuan yang dimaksud Ismail Raji Al-Faruqi adalah menuangkan kembali ilmu pengetahuan sebagaimana dikehendaki oleh islam, yaitu memberikan definisi baru, mengatur data, mengevaluasi kembali kesimpulan dan memproyeksikan kembali tujuan-tujuannya.
Untuk melandingkan gagasannya tentang islamisasi  ilmu, Ismail Raji Al-Faruqi meletakkan pondensi epistimologi pada prinsip tauhid yang terdiri dari 5 macam kesatuan yaitu:
1.      Keesaan (kesatuan) Tuhan, implikasinya dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, bahwa sebuah pengetahuan bukan untuk menerangkan dan memahami realitas, melebihkan melihatnya sebagai bagian yang integral dari eksistensi tuhan. Karena itu, islamisasi ilmu mengarahkan pengetahuan pada kondisi analisa dan sintesa tentang hubungan realitas yang dikaji dengan hukum tuhan 
2.      Kesatuan ciptaan, bahwa semesta ini baik yang materal psikis spasial (ruang), biologis maupun etnis adalah kesatuan yang integral. Dalam kaitannya dengan islamisasi ilmu, maka setiap penelitian dan usaha pengembangan keilmuan harus diarahkan sebagai refleksi dari keimanan dan realisasi ibadah kepadanya
3.      Kesatuan kebenaran dan pengetahuan, yang dirumuskan sebagai berikut:
    1. Berdasarkan wahyu, tidak boleh membuat klaim yang produksi dengan realitas
    2. Tidak adanya kontradiksi antara realitas dan wahyu, berarti tidak satupun kontradiksi antara realitas dan wahyu tidak terpecahkan
    3. Pengamatan dan penyelidikan terhadap semesta dengan bagian-bagianya tidak pernah berahir karena pola tuhan tidak terhingga
4.      Kesatuan hidup, menurut islam kehendak tuhan terdiri atas dua macam yaitu:
    1. Hubungan alam, dengan segala regualitasnya yang memungkinkan diteliti dan diamati
    2. Hukum moral yang harus dipatuhi
5.      Kesatuan manusia, tata sosial islam menurut Ismail Raji Al-Faruqi adalah universal, mencakup seluruh ummat manusia tanpa terkecuali. Kaitanya dengan islamisasi ilmu, setiap perkembangan ilmu berdasar dan bertujuan untuk kepentingan kemanusiaan.[10]
Islamisasi ilmu Ismail Raji Al-Faruqi dimaksudkan untuk memberikan respon positif terhadap realitas ilmu pengetahuan modern yang sekularistik dan islam yang terlalu religius dalam model pengetahuan baru yang utuh dan integral tanpa pemisahan, namun secara rinci tujuan yang dimksud adalah
a.       Penguasaan disiplin ilmu modern
b.      Penguasaan khazanah warisan islam
c.       Membagun relevansi islam dengan dengan msaing-masing disiplin ilmu modern
d.      Memadukan nilai-nilai dan khazanah warisan islam secara kreatif
e.       Pengarahan aliran pemikiran islam ke jalan yang mencapai pemenuhan pola rencana Allah.[11]
2.      Pemkiran Ismail Raji Al-Faruqi tentang Kurikulum
Memperbicangkan prinsip filosofis kurikulum pendidikan dikaitkan dengan gagasan islamisasi ilmu bagi kaum Ismail Raji Al-Faruqi sangat beralasan, karena kurikulum dalam sistem pendidikan merupakan sebuah komponen yang menentukan keberhasilan kualitas pendidikan.
Menurut pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi mengenai reformasi kurikulum pendidikan akan di lihat dalam konteks tawaran pemikiran yang memiliki 3 tujuan rencana kerja islamisasi ilmu yang pernah digagasnya. Setidaknya ada 3 prinsip pengembangan kurikulum pendidikan islam, pertama, menguasai sains modern, kedua, menguasai warisan islam klasik, ketiga, prinsip kesatuan yang harus melingkupi seluruh kajian dalam kurikulum pendidikan islam.[12]
Melihat pandangan Ismail Raji Al-Faruqi mengenai prinsip pengembangan kurikulum pendidikan islam, terlihat bahwa ia menginginkan bangunan ilmuan yang integral, terpadu dan saling melengkapi antar disiplin keislaman dan pengetahuan modern, menurut Moh. Shafiq, salah seorang murid Ismail Raji Al-Faruqi di temple  University ada enam tema besar yang mendasar dari pemikiran islamisasi ilmu yang dikemkukakan Ismail Raji Al-Faruqi selain Islamizing curricula diantaranya, pertama, paradigma islam terhadap ilmu pengetahuan, kedua, metodologi, ketiga, metodologi yang ada hubungannya dengan kajian Al-qur’an, keemapat, metodologi ada kaitanya dengan kajian sunnah, kelima, metodologi yang berkaitan dengan warisan klasik islam, keenam metodologi yang berhubugan dengan pemikiran barat kontemporer.[13]
Kurikulum pendidikan kaum muslimin harus selalu mengarah kepada kepentingan mengembangkan sains modern dengan tetap disemangati dengan nilai tauhid sebagai konsep dasar dan aplikasi ilmiah. Konsekuensinya secara ekslusif adalah terjadi integrasi ilmu aqliyah dan naqliyah yang tingkatan kualitasnya merupakan pengaruh timbal balik antara keberhasilan rekonstruksi konsep ilmu dalam islam dengan rekontstruksi organisasi dan kurikulum.       
C.    Kontribusi Ismail Raji Al-Faruqi
Program islamisasi ilmu Ismail Raji Al-Faruqi yang menekankan perombakan total atas keilmuan sosial barat karena dianggap bersifat eosentris, rupanya lebih utuh, jelas dan terinci dibanding gagasan islamisasi ilmu yang dilontarkan pemikir lain.
Langkah islamisasi ilmu yang diberikan dan kritiknya terhadap realitas pendidikan islam juga merupakan sumbangan besar dan manfaat bagi perombakan sistem pendidikan islam.[14]
Dalam bidang perbandingan agama. Kontribusi pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi tidak kecil karyanya A. Historical atlas of religion of the world (Atlas historis agama dunia) oleh banyak kalangan dipandang sebagai buku standard dalam bidang tersebut, dalam karya-karya itulah, dia selalu memaparkan pemikiran ilmiahnya untuk mencapai saling pengertian antar ummat beragama dan pemahaman inteleqtual terhadap agama-agama lain. Baginya ilmu perbandingan agama berguna untuk membersihkan semua bentuk prasangka dan salah pengertian untuk membangun persahabatan antara sesama manusia.[15]
Sebagai seorang pemikir, cedikiawan dan filosof, aktivitas ilmiahnya yang tinggi telah melahirkan sejumlah karya tulis. Beberapa karya penting Ismail Raji Al-Faruqi sudah diterjemamhkan ke dalam bahasa Indonesia, karena perhatiannya atas dunia dan ummat islam, yang terpenting adalah pembelaan atas islam.
Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi tentang islamisasi pengetahuan mengilhami para cendikiawan di Indonesia. Tiga Universitas Islam, yaitu Universitas Ibn Kholdun Bogor, Universitas Islam Bandung, Universitas Islam As-Syafi’iyah, Jakarta,  dan Universitas Islam Bandung pernah menjalin kerja sama dalam membuat proyek islamisasi sains yang salah satu pengagasnya adalah Dr. A.M. Saefuddin.[16]  













BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Ismail Raji Al-Faruqi merupakan tokoh filsafat yang mempengaruhi kebangkitan islam dalam bidang inteleqtual. Ia amat produktif menulis dan tema tulisannya berkisar dalam bidang filsafat dan pemikiran. Karena gagasan keislamannya tampak bebas dari segala pengaruh madzhab manapun, banyak yang menyebut Ismail Raji Al-Faruqi sebagai pemikir neosalisme. Ia penganut paham islam murni berdasarkan Qur’an dan Sunnah dengan penafsiran modern dan kontekstual.
Proyek islamisasi sains Ismail Raji Al-Faruqi telah memberikan pengaruh pada para pemikir islam di Indionesia, dimana dalam program islamisasi ilmu Ismail Raji Al-Faruqi menekankan perombakan total atas keilmuan sosial barat karena dianggap bersifat Eurosentris yang mana bersifat lebih utuh, jelas dan terinci dibanding dengan islamisasi ilmu yang dilontarkan pemikir lain.
Gagasan Ismail Raji Al-Faruqi secara diam-diam telah menumbuhkan semangat untuk memperbincangkan nasib dan masa depan kaum muslim di tengah-tengah supremasi dan superioritas bangsa barat. Kaum muslim memerlukan energi kolektif untuk penerapan sistem pendidikan islam yang sangat dibanggakan. 















DAFTAR PUSTAKA

1.      Abdurrahmansyah. Wacana Pendidikan Islam Khazanah Filosofis dan Implementasi Kuriulum, Metodologi dan Tantangan Pendidikan Moralitas, Yogyakarta: Global Pustaka, Utama, 2004

2.      Abdurrahmansyah. Pembaharuan Kurikulum Pendidikan Islam Ismail Raji Al-Faruqi, Yogyakarta: Pustaka Global Utama, 2002

3.      Harahap, Syahrin. Ensiklopedi Akidah Islam, Jakarta: Premada Media, 2005

4.      Jalaluddin dan Said Usman. Filsafat Pendidikan Islam, Konsep dan Perkembangan Pemikirannya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 1994

5.      Mayulis, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan I slam (Mengenal Tokoh  Islam Dunia Islam dan di Indonesia), Jakarta: Ciputat Press Group, 2005

6.      Nasution, Harun. Ensiklopedi Islam Indonesia , Jakarta: Jambatan 1992

7.      Nizar, Samsul. Pengantar Dasar-dasar Pmekiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001

8.      Salih, Khudori. Wacana Baru Filsafat Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

9.      Safuddin, Dian. Pemikiran Modern dan Post Modern Islam (Biografi Inteleqtual  Tokoh), Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003

10.  Sani, Abdul. Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam, Bandung: PT Raja Gravindo Persada, 1998

11.  Sucipto, Hery. Ensiklopedi Tokoh Islam dari Abu Bakar sampai Nashr dan Qardhawi, Jakarta: PT. Mizan Publika, 2003

12.  Taufik, Ahmad. Sejarah Pemikran dan Tokoh Modernisme Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005









RIWAYAT HIDUP
a                                       Syamsul Arifin dilahirkan di Dusum Oberran RT 01/RW 06 Desa Murtajih Kecamatan Pademauwu Kabupaten Pamekasan. Lahir pada Tanggal 26 April 1989 anak ke 1 dari 2 bersaudara, putra dari bapak M. Sajjadi dan Ibu Hamsiya .
Pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi di tempuh di sejumlah tempat yang berbeda. Sekolah dasar lulus pada tahun 2001 di SDN Murtajih II,  SLTP tahun 2004 di MTs. Negeri Pademawu, SMA tahun 2006 di Madrasah Aliyah Negeri Jungcangcang Pamekasan I, sedangkan perguruan tinggi  ditempuh di STAIN Pamekasan sejak tahun 2007, pada jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam. (085 334 820 495)



[1]   Drs. Abdul Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam, Bandung: PT Raja Gravindo Persada, 1998, hal. 262
[2]   Abdurrahmansyah, Wacana Pendidikan Islam Khazanah Filosofis dan Implementasi Kuriulum, Metodologi dan Tantangan Pendidikan Moralitas, Yogyakarta: Global Pustaka, Utama, 2004. hal, 60
[3]   Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, Konsep dan Perkembangan Pemikirannya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 1994, hal 153 
[4]   Dian Safuddin, Pemikiran Modern dan Post Modern Islam (Biografi Inteleqtual 17 Tokoh), Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003, hal. 157-158
[5]   Prof. dr H. RA Mayulis, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan I slam: Mengenal Tokoh  Islam Dunia Islam dan di Indonesia, Jakarta: Ciputat Press Group, 2005, hal. 108-109
[6]   Ibid. hal. 110-111
[7]   Pro. Dr. H. Syahrinharahap MA, Ensiklopedi Akidah Islam, Jakarta: Premada Media, 2005, hal. 98
[8]   Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia , Jakarta: 1992, hal. 242
[9]   Dr. Samsul Nizar, MA, Pengantar Dasar-dasar Pmekiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001, hal. 26-27
[10] A. Khudori Salih M. Ag, Wacana Baru Filsafat Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hal. 277-280
[11] Ibid. hal. 251
[12] Abdurrahmansyah, Pembaharuan Kurikulum Pendidikan Islam Ismail Raji Al-Faruqi, Yogyakarta: Pustaka Global Utama, 2002, hal. 68
[13] Abdurrahmansyah, Wacana Pendidikan Islam Khazanah Filosofis dan Implementasi Kurikulum, Metodologi dan Tantangan Pendidikan Moaralitas, Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2004, hal, 71
[14] A. Khudari Shalih, Mag, Wacana Baru Filsafat Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hal. 288-290
[15] Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Islam dari Abu Bakar sampai Nashr dan Qardhawi, Jakarta: PT. Mizan Publika, 2003, hal. 78
[16] Akhmad Taufik. M. Pd, Sejarah Pemikran dan Tokoh Modernisme Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005, hal. 195-196

1 komentar:

Search This Blog

Blogroll

Blogger templates