Problema
Pendidikan Guru
Abstrak
Paradigma
seorang guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat,
kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak
meragukan figur guru, masyarakat yakin bahwa gurulah yang mendidik anak didik
mereka agar menjadi orang yang berkribadian mulia, akan tetapi seorang guru
mempunyai tanggung jawab besar dalam mendidik dan seorang guru mengarahkan
peserta didik menentukan jati dirinya. Sering kali seoarang guru mengalami
masalah dalam pendidikan gurunya sehingga membuat seorang guru lebih
meningkatkan program belajar dan mengajarnya baik dalalm proses belajar maupun
pembelajaran dalam mata pelajaranan tertentu maupun memecahkan masalah
pribadinya.
A.
Pengertian Problema Pendidikan Guru
Problema adalah perkara sulit (yang di hadapi);
persoalan, masalah, perkara sulit.[1]
Pendidikan adalah usaha membantu manusia menjadi
manusia. Kata membantu disini mempunyai arti agar manusia itu berhasil menjadi
manusia. Manusia akan dikatakan berhasil apabila memiliki nilai (sifat)
kemanusiaan. Itu menujukkan bahwa tidaklah mudah menjadi manusia.[2]
Pendidikan menurut Hadi supeno adalah bimbingan atau
pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa untuk mencapai
tujuan pendidikan. Sedangkan tujuan pendidikan itu sendiri adalah mampu
menolong atau membantu proses peserta didik dalam menentukan jati dirinya.
Pendidikan dalam hakikat sebenarnya adalah penumpukan pengetahuan yang besar
yang ditambahkan kedalam warisan para pemikir dan praktis dari generasi ke
generasi.[3]
Guru adalah figur sumber manusia yang menempati posisi
dan memegang peranan penting dalam pendidikan.[4]
Problema pendidikan guru adalah permasalahan-permasalahan
yang harus dihadapi oleh seorang guru guna membantu proses peserta didik dalam
menentukan jati dirinya.
B.
Masalah-masalah Umum yang Dihadapi Guru untuk Meningkatkan
Program Belajar Mengajar
a.
Model rancangan proses belajar mengajar
Dalam bukunya Peter F. Olivia (1984: 84-87) mengemukakan beberapa model
rancangan proses mengajar antara lain:
1.
Model sederhana
Model ini sangat sederhana
a.
Perencanaan. Isinya mengenai segala apa yang akan
diajarkan
b.
Pelaksanaan. Menetapkan bagaimana cara menyajikan
pelajaran
c.
Evaluasi. Menyusun evaluasi hasil belajar
2.
Model empat bagian
Pada tahap ini telah dikembangkan lebih dahulu dua kegiatan, yaitu
perimusan tujuan dan penentuan pretes
3.
|
|
|
|
|
b
Menyiapkan Bahan Pelajaran
Menyiapkan bahan pelajaran adalah substansi yang akan
disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar
mengajar tidak akan berjalan. Ada
dua persoalan dalam menguasai bahan pelajaran ini, yakni, penguasaan bahan
pelajaran pokok dan bahan pelajaran pelengkap. Menurut Dr. Suharsimi Arikunto
(1990) bahwa pelajaran merupakan unsur inti yang ada didalam kegiatan belajar
mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai
oleh anak didik. Karena itu, guru khususnya atau pengembang kurikulum umumnya,
harus memikirkan bahan-bahan yang topiknya tertera dalam silabi berkaitan
dengan kebutuhan anak didik pada usia dan dalam lingkungan tertentu. Minat anak
didik akan bangkit bila suatu bahan diajarkan sesuai dengan kebutuhan anak
didik.
c.
Kegiatan Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik
terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai media umumnya.
Dalam interaksi itulah anak didik yang lebih aktif, bukan guru, guru hanya
berperan sebagai motivator dan fasilitator.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya
memperhatikan perbedaan individual anak didik, yaitu pada aspek biologis,
inteleqtual dan psikologis. Kerangka berfikir demikian dimaksudkan agar guru mudah
dalam melakukan pendekatan kepada setiap anak didik secara individual.
Pemahaman terhadap tiga aspek tersebut akan merapatkan hubungan guru dengan
anak didik, sehingga memudahkan dalam melakukan pendekatan “Mastery
Learning” dalam mengajar
d.
Metode Megajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus
terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan
metode yang bervariasi agar jalanya pengajaran tidak membosankan tetapi menarik
perhatian anak didik. Tetapi juga penggunaan metode yang bervariasi tidak akan
menggantungkan kegiatan belajar mengajar bila penggunaannya tidak tepat dan
sesuai dengan situasi yang mendukungnya dan dengan kondisi psikologis anak
didik. Oleh karena itu, pemilihan dan penggunaan metode yang bervariasi tidak
selamanya menguntungkan bila guru mengabaikan faktor-faktor yang mempengaruhi
pengunaannya.[5]
C.
Masalah-masalah Khusus yang Dihadapi Guru.
Masalah-masalah itu antara lain
1.
Membantu Guru Dalam Menghadapi Kesulitan Dalam
Mengajarkan Bidang Studi
Menghadapi masalah khusus seperti ini kepala sekolah yang
berfungsi sebagai supervisor dapat menggunakan orang dijadikan sebagai sumber.
Orang sumber itu boleh seorang guru kunci yang sudah dibina ditingkat nasional
atau orang sumber dari perguruan tinggi IKIP.
Beberapa contoh masalah yang dihadapi guru-guru dalam
bidang studi tertentu sebagai rancangan untuk dikembangkan sendiri.
Pelajaran IPA
Dalam pembelajaran IPA kemungkinan guru dapat
mengemukakan pandangan ahli ilmu pengetahuan tentang perkembangan makhluk budaya
dengan prnsip-prinsip keagamaan dan norma-norma ethis. Kemampuan dan
keterbatasan guru/ sekolah dalam memberikan teori disebabkan alat-alat untuk
mengadakan percobaan tidak lengkap. Kesulitan cara menganilisis maslaah luas
dan ke dalam materi, kekurangan waktu dalam mengajar suatu materi, serta
kekurangan buku sumber pada daerah-daerah tertentu.
Pelajaran IPS
Dalam mengajarkan IPS pada tiga bahan kajian, yaitu
geografi, ekonomi dan sejarah. Di t empat yang kekurangan guru maka ketiga
bahan itu disajikan oleh seorang guru. Bagaimana mengatasi masalah itu
Pelajaran Matematika
Bagaimana cara mengajarkan matematika sehingga anak Indonesia
itu lebih banyak punya minat dan kemampuan matematika yang tinggi. Pada umumnya
ada anak yang cederung untuk belajar bidang sosial daripada matematika dan
tekhnik.[6]
2.
Membantu Guru Dalam Memecahkan Masalah-Masalah Pribadi (Personal
Problem)
Sebagai manusia biasa guru-guru sering mempunyai
masalah-masalah pribadi. Masalah pribadi bepengaruh besar terhadap
ketenagakerjaan, diantaranya adalah:
1.
Perbedaan yang ada pada guru-guru
Masing-masing individu guru berbeda-beda dalam hal:
a.
Latar belakang pendidikan
1.
Banyaknya ijazah
2.
Intelegensi dan scholarship
3.
Kursus-kursus yang pernah diikuti
4.
Orientasi profesi
b.
Sifat-sifat pribadi
1.
Kemampuan untuk self analysis
2.
Kesehatan dan vitalitas
3.
Penampilan pribadi
4.
Kemampuan bekerja sama
c.
Pengalaman
1.
Pengalaman mengajar seluruhnya
2.
Pengalaman dalam pekerjaan sekarang
3.
Pengalaman lain
d.
Kompetensi mengajar
1.
Pengetahuan tentang murid-murid dan mata pelajaran
2.
Keterampilan metodologis
3.
Progresifitas
e.
Sikap professional
1.
Pelaksanaan etika jabatan
2.
Aktivitas-aktivitas dalam jabatan
3.
Sikap terhadap pengajaran, sekolah dan masyarakat
2.
Guru yang tidak berpengalaman
a.
Belum banyak mempunyai pandangan, pengetahuan atau
simpati terhadap permasalahan
b.
Minat terhadap pekerjaan kurang positif, dan oleh
karena itu minat jabatan dan moralnya perlu dikembangkan
c.
Guru baru
hendaknya lebih banyak menerima saran-saran dan informasi yang menjamin
keberhasilan kerjanya
d.
Guru hendaknya mengenal hal ikhwal tentang murid,
misalnya prestasi belajar, minat, tingkah laku, sikap dan sifat-sifat pribadi
mereka
e.
Kesulitan dalam menjalankan tugasnya sebagai guru,
misalnya: menstimulir belajar anak, memelihara disiplin yang baik, mneyesuaikan
pengajaran dengan perbedaan individual dan memilih bahan kepustakaan
3.
Bantuan khusus bagi guru yang lemah
a.
Mengadakan study terhadap aktivitas-aktivitas dan
kesanggupan guru tersebut yang dilakukan oleh supervisor
b.
Berusaha mengadakan perbaikan, bisa melalui diskusi, diklat
bagi guru yang lemah dan intervisition
4.
Guru-guru yang tidak cocok dengan pembinaan pengajaran
masa sekarang, biasanya memiliki ciri-ciri:
a.
Tak pernah menimbangkan metode dan prosedur pengajaran
yang baru secara serius
b.
Memiliki konsep-konsep yang salah tentang falsafah,
prinsip-prinsip dan tekhnik-tekhnik pengajaran modern
c.
Guru-guru yang pernah memperoleh sedikit pengetahuan tentang
metode modern yang menyamakannya dengan taraf moderniasi metode lainnya.[7]
D.
Tanda-tanda Seorang Guru Mempunyai Persoalan
Pribadi
1.
Bila di sekolah duduk dengan tidak tenang, berbicara
atau mengajar dengan tidak tenang, malah sering marah-marah terhadap murid atau
orang lain.
2.
Bila seorang guru dalam keadaan sehari-hari aktif
gembira tapi tiba-tiba diam
3.
Bila guru selalu mengalami ketegangan dengan murid atau
dengan rekan guru atau kepala sekolah
4.
Bila guru sedang menyiapkan tugasnya selalu salah
menulis atau waktu mengajar selalu salah mengucapkan sesuatu.
5.
Bila menceritakan selalu dengan nada yang sama tentang
seseorang tertentu atau sutau masalah tertentu. Misalnya: selalu membicarakan
uang gaji yang tidak cukup
6.
Bila ada rapat ia tidak dapat menungu orang lain
berbicara terlalu lama dan sering mengadakan interupsi
7.
Bila seorang guru semula suka bergaul kemudian
mengasingkan diri
8.
Bila seorang guru selalu cinta pada tugasnya dan aktif
mengerjakan tugas dengan penuh kegembiraan. Tiba-tiba tidak puas dalam
pekerjaan dan menunjukkan reaksi penolakan.
E.
Problema Yang Di Hadapi Guru
1.
Kebanyakan murid-murid nampak kurang berinisiatif dalam
kerja
2.
Kebanyakan murid nampkanya kurang punya minat dalam
belajar
3.
Masyarakat kurang menyediakan fasilitas rekreasi
seperti yang diharapkan
4.
Gaji yang kurang cukup sehingga bisa mengcukupi
kebutuhan hidup yang memadai sehingga kebutuhan guru cukup menyenangkan
5.
Kehidupan sosial dalam masyarakat yang menyebabkan guru
merasa selalu kekurangan
6.
Sedikit sekali kesempatan untuk menemukan teman yang
cocok dari yang berbeda jenis
7.
Mencapai djisiplin yang baik nampaknya merupakan hal
yang khusus
8.
Murid-murid bosan dan kurang sopan
9.
Beberapa murid ada yang tidak mandi dan mengenakan
pakaian yang agak kotor
10. Fasilitas
perpustakaan yang kurang memadai
F.
Kesulitan yang Sering Timbul yang Di Hadapi Oleh
Guru
1.
Kesulitan dalam memperlengkapi perbedaan individu di
antara murid-murid
2.
Kesulitan dalam metode mengajar
3.
Kesulitan dalam disiplin, pengawasan, perkembangan
sosial tiap siswa
4.
Kesulitan dalam motivasi, menumbuhkan minat siswa, dan
membina kerjasama
5.
Kesulitan dalam cara belajar siswa
6.
Kesulitan dalam menorganisir dan mengadministrasikan
kelas
7.
Kessulitan dalam memilih materi pelajaran yang tepat
8.
Kurangya waktu selama jam pelajaran untuk melakukan apa
yang harus dikerjakan
9.
Kesulitan dalam mengorganisir pelajaran
10. Kesulitan
dalam merencanakan dan mengerjakan tugas-tugas
11. Kesulitan
dalam tes dan evaluasi
12. Kesulitan
pribadi dari guru-guru
13. Kesulitan
dalam mengajar membaca
14. Kesulitan
dalam merancangkan rencana pelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Ø Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya: 1994
Ø Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, Remaja
Rosdakarya, Bandung:
2006
Ø http, //
Filosouf Gaul, Wordpress. Com
Ø Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam
Interaksi Edukatif; Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, Rineka Cipta, Jakarta: 2005
Ø Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Rosdakarya,
Bandung: 2005
Ø Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Tehknik
Supervisi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta:
2008
Ø Hendiyat
Soetopo, Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Bina
Aksara, Jakarta:
1988
RIWAYAT
HIDUP
Syamsul Arifin dilahirkan di
Dusum Oberran RT 01/RW 06 Desa Murtajih Kecamatan Pademauwu Kabupaten
Pamekasan. Lahir pada Tanggal 26 April 1989 anak ke 1 dari 2 bersaudara, putra
dari bapak M. Sajjadi dan Ibu Hamsiya .
Pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi di tempuh di sejumlah tempat
yang berbeda. Sekolah dasar lulus pada tahun 2001 di SDN Murtajih II, SLTP tahun 2004 di MTs. Negeri Pademawu, SMA
tahun 2006 di Madrasah Aliyah Negeri Jungcangcang Pamekasan I, sedangkan
perguruan tinggi ditempuh di STAIN
Pamekasan sejak tahun 2007, pada jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan
Agama Islam. (085 334 820 495)
[1] Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:
Arkola, 1994), hlm. 133
[2] Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm. 32
[3] http, // Filosouf Gaul, Wordpress. com
[4] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik
dalam Interaksi Edukatif; Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta,
2005), hlm. 1
[5]
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosdakarya, 2005), hlm. 95
[6] Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Tehknik
Supervisi Pendidikan, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), hlm 150-151
[7] Hendiyat Soetopo, Wasty Soemanto, Kepemimpinan
dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. 133
Tidak ada komentar:
Posting Komentar