Pages

Ads 468x60px

Sabtu, 14 Januari 2012

Biografi Inteleqtual KH As’ad Syamsul Arifin Dan Konteks Pemikirannya


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah     
Bersamaan dengan berputarnya dunia dan kemajuan modernisasi serta pengembangan ilmu pengetahuan yang semakin hari semakin berkembang yang akhir-ahir ini, banyak kita lihat para generasi islam khususnya sudah kecanduan dan keracunan dengan tidak mengenal para tokoh islam di madura seperti Kiai As’ad yang sangat pengaruh terhadap kemajuan pesantren di dalam dunia pendidikan, Kiai As’ad seorang tokoh Masa’Il Waqiyyah yang dipandang dijadikan kebutuhan masa dan beliau juga seorang tokoh yang melarang santrinya untuk melaksanakan puasa-puasa sunnah yang dianjurkan oleh sinterklas islam,  Nabi Muhammad Saw. Sebagai perkara Sunnah, sesungguhnya tidak apa-apa jika ragam puasa tersebut tidak dilakukan.
Kiai As’ad mempunyai banyak ide yang cemerlang bahkan dapat mendirikan universitas Ibrahim, sekolah umum, ma’hadul aliy sekaligus beliau juga menerbitkan buku Ekonomi dan Islam dan syair-syair madura.
B.     Rumusan Masalah
      Bedasarkan latar belakang masalah diatas dapat kami ambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.          Biogafi Kiai As’ad?
2.          Konsep pendidikan persepektif Kiai As’ad?
3.          Kontribusi  pendidikan persepektif Kiai As’ad?
C.    Tujuan Penulisan
1.          Untuk mengetahui sejauhmana Biogafi Kiai As’ad
2.          Untuk mengetahui sejauhmana Konsep pendidikan persepektif Kiai As’ad
3.          Untuk mengetahui sejauhmana Kontribusi  pendidikan persepektif Kiai As’ad




BAB II
PEMBAHASAN

Biografi Inteleqtual KHR As’ad Syamsul Arifin
Dan Konteks Pemikirannya

A.    Biografi  
Syiib Ali adalah sebuah perkampungan di dekat masjid Al-Haram Makkah. Dikampung itu, di tahun 1897 M lalu, lahir seorang laki-laki berdarah madura dari pasangan keluarga Raden Ibrahim dan Sitti Maimunah. Seperti lazimnya oranag tua, kelahiran anak pertama ini disambut penuh gembira tiada tara. Begitu sang anak lahir dari rahim ibunya, raden Ibrahim langsung memeluk dan membawanya lari menuju Ka’bah. Jarak antara Syiib Ali dan Ka’bah memang terlalu jauh hanya sekitar 200 meter. Disisi Baitullah itulah, sang ayah membisikkan lafadz adzan dan kemudian memberi tetenger bayi laki-laki itu adalah nama As’ad.
Dalam gramatika arab, kata As’ad tergolong isim tafdil yang bermakna lebih atau sangat. Nama As’ad dengan demikian, bisa berarti sangat bahagia/sangat. Nama As’ad dengan demikian, bisa berarti sangat bahagia atau paling bahagia, bahagia karena mendapati si anak lahir di tanah suci. Di saat raden Ibrahim berada dalam puncak kematangan sebagai penuntut ilmu yang sudah berpuluh tahun mukim di tanah Arab itu, ketika raden As’ad saat berusia enam tahun. Di ajak orang tuanya pulang kampung, ke pondok pesantren kembang kuning pamekasan madura. Sedangkan adiknya Raden Abdurrahman dititipkan pada nyai Salhah, saudara sepupu umminya yang bermukim di Mekkah. Mulai dari sinilah sepak terjang kiai As’ad.  
B.     Konsep Pendidikan
Kiai As’ad adalah tipe Kiai yang tidak terlalu menyukai popularitas. Keengganan berpamer kepandaian dengan cara mengutip dalil dan sejumlah referensi islam merupakan salah satu karakteristiknya. Dalam mendedahkan pemikiran-pemikiranya, Kiai As’ad amat jarang merujuk secara verbatim pada dalil-dalil naqli baik Al-Qur’an maupun Sunnah. Ia bukanlah soso Kiai yang selalu menggelut dengan berbagai  teks dan ortodoksi islam. Kiai As’ad terjalang bilang tertitik tolak secara strick  dari nash atau ibarat alkutub, tetapi dari sebuah proses perjumpaan dengan realitas-realitas sosial yang konkrit.
Pemandangan seperti ini pasti terlihat ganjil jika di matriks dari kecendrungan sebagai ulama’ besar yang suka berdalil ria, namun, betapapun, Kiai As’ad adalah orang yag menjadikan penegakan hukum agama sebagai ambang perjuangan dalam hidupnya. Hukum agama yang ia rumuskan berwatak tegar sekaligus kenyal. Tegar, jika menyagkut perkara-perkara prinsip kully dalam islam. Dan kenyal, kalau menyentuh masalah-masalah partikular-juz’iy dalam agama.
Secara inteleqtual, tampaknya Kiai As’ad bukanlah tipe yang hanya mampu mengoper pendapat dari kitab-kitab fiqih klasik tanpa dikembangkan. Kiai As’ad memiliki kemampuan untuk menerapkan prinsip-prinsip pengambilan keputusan keagamaan atas kasus-kasus konkret (Masa’Il Waqiyyah), sesuai dengan apa yang ia pandang sebagai kebutuhan massa.
Dalam kaitan itu, beberapa contoh dapat ditayangkan. Misalnya, pertama (1). Keberantan Kiai As’ad untuk tidak menyembelih sebagaimana kurban pada hari raya Idul adha hingga hari ketiga dari aggam at-tasyriq. Terus terang, tindakan seperti ini tergolong liberal, sebab jumhur ulama’ fiqih telah sepakat tentang diwajibkannya penyembelian hewan kurban pada hari-hari tersebut. Tentang pokok ini, biasanya Kiai As’ad menunda penyembelihan sebagian hewan kurban hingga menjelang peringatan maulid nabi Muhammad Saw. Kedua (2), keberantan Kiai As’ad untuk tidak mengikuti shalat jum’at bersama (berjama’ah di masjid jami’). Ketiga (3). Kiai As’ad melarang santrinya untuk melaksanakan puasa-puasa sunnah yang dianjurkan oleh sinterklas islam,  Nabi Muhammad Saw. Sebagai perkara Sunnah, sesungguhnya tidak apa-apa jika ragam puasa tersebut tidak dilakukan.
Pesantren Syafiiyah Sukoerejo didirikan pada tahun 1908, namun baru pada 1914 didatangi para santri. Dan sejak itu pula, pendidikan pesantren mulai menerapkan kurikulum elementer berupa mengaji Al-Qur’an, Tauhid, Fiqih dan Tasawwuf.
Pada tahun 1451, KHR. Syamsul Arifin, ayah handa Kiai As’ad meninggal dunia. Kiai As’ad mencurahkan semua perhatiannya ke pesantren, selama memimpin pondok, banyak pihak mengakui Kiai As’ad banyak ide, juga berbagai terobosan telah beliau tempuh guna memajukan lembaga pesantren tersebut.
Beberapa terobosan itu, antara lain:
1.      Mendirikan universitas Ibrahim
2.      Mendirikan sekolah umum
3.      Mendirikan Ma’hadul aliy
Beberapa buah buku atau karya tulis Kiai As’ad yang ditemukan antara lain:
Ø  Ekonomi dan Islam
Ø  Syair Madura
Risalah shalat jum’at
Isra’ mi’raj
Tsalat Risa’il
Risalah at-tauhid
Al-aurad al-gaumiyah
Ar-risalah al-Mumunah fi ahkam al-ikhtihabaf al-ammah
Wudud ad-Dala’il
C.    Kontribusi
Kiai hanyalah manusia biasa dan tidak ada penolakan bahwa ia memang memiliki kelemahan, kita harus mengakui bahwa Kiai As’ad telah menorehkan kontribusinya bagi kejayaan islam dan Indonesia. Seperti mengangkat kembali citra NU, Kiai As’ad dimasa kemerdekaan beliau membela mati-matian membela negara dari penjajahan. Dan tak kalah penting lagi bagi masyarakat sukorejo.
Menjelang wafatnya beliau di kediamannya pondok pesantren salafi’iyah, Sukorejo, situbondo. Dalam kesemptan itu, almarhum segera berpesan kepada H. Zahrawi Musa(sekretaris pribadi sekaligus menantu beliau) almarhum berwasiat diantaranya:
-    Tentang NU
-     Tentang Pancasila
-    Tentang PP. Sukorejo
Sebagai ulama’, pemimpin dan tokoh masyarakat, Kiai As’ad menjadi tokoh panutan ummat. Segala tutur kata dan tingkah lakunya, selalu menjadi ukuran hidup banyak orang kedalaman ilmu dan satunya kata dengan perbuatan yang dilengkapi sikap khosyyah kepada Allah Swt, merupakan ciri khas kepemimpinanya yang sulit ditandingi.





























                     


BAB III
PENUTUP

Tanpa terasa, Kiai As’ad Syamsul Arifin kisahnya tak terhingga sepanjang masa hanya memberi tak harap kembali, “bagai sang surya menyinari dunia” kalau gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, maka Kiai As’ad Syamsul Arifin wafat meninggalkan pustaka idealisme untuk terus dikobarkan, idealisme untuk tetap berjuang dalam menegakkan titah-titah tuhan.
Sebagai penulis makalah ini semoga kita dapat mendapatkan hikmah dari apa yang kita baca tentang Kiai As’ad Syamsul Arifin dari bentuk keteladannya baik berupa zuhud dan sederhana, ulama’, pejuang, teguh memegang prinsip, ikhlas dalam beramal, rendah hati tidak pendendam, disiplin waktu, suka silaturrahim dan ziarah, hidup mandiri, gemar membangun untuk agama dan bangsa.


















DAFTAR PUSTAKA


Ø  Syamsul A. Hasan, Kharisma Kiai As’ad, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2003

Ø  Assyarif, KHR. As’ad Syamsul Arifin, Riwayat hidup dan Perjuangannya, Semarang: CV. Toha Putra, 1994

Ø  Zainal Ridwan, Spesifik Sejarah Gerilya Perjuangan, Situbundo: Biro Penerbitan, 2001























RIWAYAT HIDUP
a                                       Syamsul Arifin dilahirkan di Dusum Oberran RT 01/RW 06 Desa Murtajih Kecamatan Pademauwu Kabupaten Pamekasan. Lahir pada Tanggal 26 April 1989 anak ke 1 dari 2 bersaudara, putra dari bapak M. Sajjadi dan Ibu Hamsiya .
Pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi di tempuh di sejumlah tempat yang berbeda. Sekolah dasar lulus pada tahun 2001 di SDN Murtajih II,  SLTP tahun 2004 di MTs. Negeri Pademawu, SMA tahun 2006 di Madrasah Aliyah Negeri Jungcangcang Pamekasan I, sedangkan perguruan tinggi  ditempuh di STAIN Pamekasan sejak tahun 2007, pada jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam. (085 334 820 495)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search This Blog

Blogroll

Blogger templates