BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Bersamaan dengan berputarnya dunia dan kemajuan
modernisasi serta pengembangan ilmu pengetahuan yang semakin hari semakin
berkembang yang akhir-ahir ini, banyak kita lihat para generasi islam khususnya
sudah kecanduan dan keracunan dengan tidak mengenal para tokoh islam di madura
seperti Kiai As’ad yang sangat pengaruh terhadap kemajuan pesantren di dalam
dunia pendidikan, Kiai As’ad seorang tokoh Masa’Il Waqiyyah yang dipandang
dijadikan kebutuhan masa dan beliau juga seorang tokoh yang melarang santrinya
untuk melaksanakan puasa-puasa sunnah yang dianjurkan oleh sinterklas
islam, Nabi Muhammad Saw. Sebagai
perkara Sunnah, sesungguhnya tidak apa-apa jika ragam puasa tersebut tidak
dilakukan.
Kiai As’ad mempunyai banyak ide yang cemerlang bahkan dapat
mendirikan universitas Ibrahim, sekolah umum, ma’hadul aliy sekaligus beliau
juga menerbitkan buku Ekonomi dan Islam dan syair-syair madura.
B.
Rumusan Masalah
Bedasarkan
latar belakang masalah diatas dapat kami ambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Biogafi Kiai As’ad?
2.
Konsep pendidikan persepektif Kiai As’ad?
3.
Kontribusi
pendidikan persepektif Kiai As’ad?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui sejauhmana Biogafi Kiai As’ad
2.
Untuk mengetahui sejauhmana Konsep pendidikan persepektif
Kiai As’ad
3.
Untuk mengetahui sejauhmana Kontribusi pendidikan persepektif Kiai As’ad
BAB II
PEMBAHASAN
Biografi
Inteleqtual KHR As’ad Syamsul Arifin
Dan Konteks
Pemikirannya
A. Biografi
Syiib Ali adalah sebuah perkampungan di dekat masjid Al-Haram
Makkah. Dikampung itu, di tahun 1897 M lalu, lahir seorang laki-laki berdarah
madura dari pasangan keluarga Raden Ibrahim dan Sitti Maimunah. Seperti
lazimnya oranag tua, kelahiran anak pertama ini disambut penuh gembira tiada tara. Begitu sang anak lahir dari rahim ibunya, raden
Ibrahim langsung memeluk dan membawanya lari menuju Ka’bah. Jarak antara Syiib
Ali dan Ka’bah memang terlalu jauh hanya sekitar 200 meter. Disisi Baitullah
itulah, sang ayah membisikkan lafadz adzan dan kemudian memberi tetenger bayi
laki-laki itu adalah nama As’ad.
Dalam gramatika arab, kata As’ad tergolong isim tafdil
yang bermakna lebih atau sangat. Nama As’ad dengan demikian, bisa berarti
sangat bahagia/sangat. Nama As’ad dengan demikian, bisa berarti sangat bahagia
atau paling bahagia, bahagia karena mendapati si anak lahir di tanah suci. Di
saat raden Ibrahim berada dalam puncak kematangan sebagai penuntut ilmu yang
sudah berpuluh tahun mukim di tanah Arab itu, ketika raden As’ad saat berusia
enam tahun. Di ajak orang tuanya pulang kampung, ke pondok pesantren kembang
kuning pamekasan madura. Sedangkan adiknya Raden Abdurrahman dititipkan pada
nyai Salhah, saudara sepupu umminya yang bermukim di Mekkah. Mulai dari sinilah
sepak terjang kiai As’ad.
B. Konsep
Pendidikan
Kiai As’ad adalah tipe Kiai yang tidak terlalu
menyukai popularitas. Keengganan berpamer kepandaian dengan cara mengutip dalil
dan sejumlah referensi islam merupakan salah satu karakteristiknya. Dalam
mendedahkan pemikiran-pemikiranya, Kiai As’ad amat jarang merujuk secara
verbatim pada dalil-dalil naqli baik Al-Qur’an maupun Sunnah. Ia bukanlah soso
Kiai yang selalu menggelut dengan berbagai
teks dan ortodoksi islam. Kiai As’ad terjalang bilang tertitik tolak
secara strick dari nash atau ibarat
alkutub, tetapi dari sebuah proses perjumpaan dengan realitas-realitas sosial
yang konkrit.
Pemandangan seperti ini pasti terlihat ganjil jika di
matriks dari kecendrungan sebagai ulama’ besar yang suka berdalil ria, namun,
betapapun, Kiai As’ad adalah orang yag menjadikan penegakan hukum agama sebagai
ambang perjuangan dalam hidupnya. Hukum agama yang ia rumuskan berwatak tegar
sekaligus kenyal. Tegar, jika menyagkut perkara-perkara prinsip kully dalam
islam. Dan kenyal, kalau menyentuh masalah-masalah partikular-juz’iy dalam
agama.
Secara inteleqtual, tampaknya Kiai As’ad bukanlah tipe
yang hanya mampu mengoper pendapat dari kitab-kitab fiqih klasik tanpa
dikembangkan. Kiai As’ad memiliki kemampuan untuk menerapkan prinsip-prinsip
pengambilan keputusan keagamaan atas kasus-kasus konkret (Masa’Il Waqiyyah),
sesuai dengan apa yang ia pandang sebagai kebutuhan massa.
Dalam kaitan itu, beberapa contoh dapat ditayangkan.
Misalnya, pertama (1). Keberantan Kiai As’ad untuk tidak menyembelih
sebagaimana kurban pada hari raya Idul adha hingga hari ketiga dari aggam
at-tasyriq. Terus terang, tindakan seperti ini tergolong liberal, sebab jumhur
ulama’ fiqih telah sepakat tentang diwajibkannya penyembelian hewan kurban pada
hari-hari tersebut. Tentang pokok ini, biasanya Kiai As’ad menunda
penyembelihan sebagian hewan kurban hingga menjelang peringatan maulid nabi
Muhammad Saw. Kedua (2), keberantan Kiai As’ad untuk tidak mengikuti shalat
jum’at bersama (berjama’ah di masjid jami’). Ketiga (3). Kiai As’ad melarang
santrinya untuk melaksanakan puasa-puasa sunnah yang dianjurkan oleh sinterklas
islam, Nabi Muhammad Saw. Sebagai perkara
Sunnah, sesungguhnya tidak apa-apa jika ragam puasa tersebut tidak dilakukan.
Pesantren Syafiiyah Sukoerejo didirikan pada tahun
1908, namun baru pada 1914 didatangi para santri. Dan sejak itu pula,
pendidikan pesantren mulai menerapkan kurikulum elementer berupa mengaji
Al-Qur’an, Tauhid, Fiqih dan Tasawwuf.
Pada tahun 1451, KHR. Syamsul Arifin, ayah handa Kiai
As’ad meninggal dunia. Kiai As’ad mencurahkan semua perhatiannya ke pesantren,
selama memimpin pondok, banyak pihak mengakui Kiai As’ad banyak ide, juga
berbagai terobosan telah beliau tempuh guna memajukan lembaga pesantren
tersebut.
Beberapa terobosan itu, antara lain:
1.
Mendirikan universitas Ibrahim
2.
Mendirikan sekolah umum
3.
Mendirikan Ma’hadul aliy
Beberapa buah buku atau karya tulis Kiai As’ad yang ditemukan antara
lain:
Ø
Ekonomi dan Islam
Ø
Syair Madura
Risalah shalat jum’at
Isra’ mi’raj
Tsalat Risa’il
Risalah at-tauhid
Al-aurad al-gaumiyah
Ar-risalah al-Mumunah fi ahkam al-ikhtihabaf al-ammah
Wudud ad-Dala’il
C. Kontribusi
Kiai hanyalah manusia biasa dan tidak ada penolakan
bahwa ia memang memiliki kelemahan, kita harus mengakui bahwa Kiai As’ad telah
menorehkan kontribusinya bagi kejayaan islam dan Indonesia. Seperti mengangkat
kembali citra NU, Kiai As’ad dimasa kemerdekaan beliau membela mati-matian
membela negara dari penjajahan. Dan tak kalah penting lagi bagi masyarakat
sukorejo.
Menjelang wafatnya beliau di kediamannya pondok
pesantren salafi’iyah, Sukorejo, situbondo. Dalam kesemptan itu, almarhum
segera berpesan kepada H. Zahrawi Musa(sekretaris pribadi sekaligus menantu
beliau) almarhum berwasiat diantaranya:
-
Tentang NU
- Tentang Pancasila
- Tentang
PP. Sukorejo
Sebagai ulama’, pemimpin dan tokoh masyarakat, Kiai
As’ad menjadi tokoh panutan ummat. Segala tutur kata dan tingkah lakunya, selalu
menjadi ukuran hidup banyak orang kedalaman ilmu dan satunya kata dengan
perbuatan yang dilengkapi sikap khosyyah kepada Allah Swt, merupakan ciri khas
kepemimpinanya yang sulit ditandingi.
BAB III
PENUTUP
Tanpa terasa, Kiai As’ad Syamsul Arifin kisahnya tak terhingga sepanjang
masa hanya memberi tak harap kembali, “bagai sang surya menyinari dunia” kalau
gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, maka Kiai
As’ad Syamsul Arifin wafat meninggalkan pustaka idealisme untuk terus
dikobarkan, idealisme untuk tetap berjuang dalam menegakkan titah-titah tuhan.
Sebagai penulis makalah ini semoga kita dapat mendapatkan hikmah dari apa
yang kita baca tentang Kiai As’ad Syamsul Arifin dari bentuk keteladannya baik
berupa zuhud dan sederhana, ulama’, pejuang, teguh memegang prinsip, ikhlas
dalam beramal, rendah hati tidak pendendam, disiplin waktu, suka silaturrahim
dan ziarah, hidup mandiri, gemar membangun untuk agama dan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Ø
Syamsul A. Hasan, Kharisma Kiai As’ad, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2003
Ø
Assyarif, KHR. As’ad Syamsul Arifin, Riwayat
hidup dan Perjuangannya, Semarang:
CV. Toha Putra, 1994
Ø
Zainal Ridwan, Spesifik Sejarah Gerilya
Perjuangan, Situbundo: Biro Penerbitan, 2001
RIWAYAT
HIDUP
Syamsul Arifin dilahirkan di
Dusum Oberran RT 01/RW 06 Desa Murtajih Kecamatan Pademauwu Kabupaten
Pamekasan. Lahir pada Tanggal 26 April 1989 anak ke 1 dari 2 bersaudara, putra
dari bapak M. Sajjadi dan Ibu Hamsiya .
Pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi di tempuh di sejumlah tempat
yang berbeda. Sekolah dasar lulus pada tahun 2001 di SDN Murtajih II, SLTP tahun 2004 di MTs. Negeri Pademawu, SMA
tahun 2006 di Madrasah Aliyah Negeri Jungcangcang Pamekasan I, sedangkan
perguruan tinggi ditempuh di STAIN
Pamekasan sejak tahun 2007, pada jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan
Agama Islam. (085 334 820 495)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar