Pages

Ads 468x60px

Sabtu, 14 Januari 2012

Biografi Inteleqtual Zainuddin Labay dan konteks pemikiranya


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Islam sebagai agama rahmah senantiasa mengakomodir kebudayaan dan tradisi lokal yang sesuai dan sejalan dengan sumber primer Islam. Keluwesan Islam menjadi ‘lokomotif’ akselerasi pengembangan kawasan, peradaban, dan penganutnya. Begitu pula komitmen terhadap perjuangan kaum dhuafa sangat tinggi, pemberdayaan dan sikap egalitarian, membuat masyarakat cenderung merespon dan empati kepada Islam.
Mengenai proses kompromi yang terjadi antara Islam dan tradisi lokal, ajaran yang ditekankan dalam Islam cukup berperan dalam kerangka memberikan pondasi dasar terhadap tradisi lokal tersebut. Bahkan terhadap tradisi lokal yang adiluhur dan sesuai dengan faktor lingkungan masyarakatnya, Islam tidak merasa perlu melakukan islamisasi. Islam justru memberikan wewenang lebih besar bagi tradisi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam itu untuk berperan dalam menentukan sebuah hukum. Inilah yang dimaksud dalam rumusan kaidah fiqh, al-adah al-muhakkamah, sebagai salah satu sumber hukum Islam. Sedangkan terhadap tradisi sosial yang aniaya, zalim dan menyalahi nilai-nilai kehidupan, Islam dengan tegas menolaknya, dan kemudian memberikan batasan-batasan konstruktif melalui pendekatan budaya yang sesuai dengan etika dan norma kemanusiaan.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat kami ambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana Biografi Zainuddin Labay
2.      Bagaimana bentuk konsep pendidikan Zainuddin Labay
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui Biografi Zainuddin Labay
2.      Untuk mengetahui bentuk konsep pendidikan Zainuddin Labay


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Biografi Zainuddin Labay
Zainuddin Labay lahir di sebuah “rumah gadang” (rumah adat lima ruang) yang terletak di jalan menuju Lubuk Mata Kucing Kenagarian Bukit Surungan, Padang Panjang tahun 1890 M atau bertepatan dengan tanggal 12 Rajab 1308 H. Ia lahir dari pasangan Syeikh Muhammad Yunus al-Khalidiyah dan Rafi’ah. Ayahnya Syekh Muhammad Yunus al-Khalidiyah adalah seorang ulama terkenal dan memegang jabatan sebagai qadhi di daerah Pandai Sikek.
Kakeknya bernama Imaduddin, juga seorang ulama terkenal, pemimpin aliran tarikat Naqsyabandiyah dan ahli ilmu falak (hisab) di daerahnya. Bila ditelusuri lebih jauh silsilah keturunannya dari pihak ayah, maka akan diperoleh suatu gambaran bahwa ia mempunyai hubungan pertalian darah dengan Haji Miskin salah seorang tokoh “harimau nan salapan” dalam gerakan Paderi. Ibunya bernama Rafi’ah, juga seorang wanita yang taat beragama. Ia tidak pernah mengenyam pendidikan formal pada sekolah tertentu, karena waktu itu jenjang pendidikan formal masih tertutup bagi anak perempuan, khusunya di Minangkabau.
Zainuddin Labay el-Yunusi pertama kali menikah pada tahun 1912 dengan Sawiyah, seorang gadis berasal dari Bukit Surungan Padang Panjang. Dari perkawinan ini, ia dikarunia dua orang anak, seorang perempuan bernama Zuraida Zainuddin (lahir 1914) dan seorang laki-laki bernama Tanius Mathran Hibatullah Zainuddin (lahir 1917). Zuraida, anak perempuan Zainuddin satu-satunya yang sempat menjadi staf pengajar pada Diniyah Putri yang didirikan adiknya Rahmah el-Yunusiyah, setelah menyelesaikan pendidikan di sana selama tujuh tahun. Bahkan sempat pula memimpin Kulliyatul Mu’allimat el-Islamiyah (KMI) cabang Riau di Pekanbaru. Adiknya Tanius Mathran Hibatullah, tidak begitu terlihat kiprahnya, karena ia telah wafat lebih dahulu dari Zuraidah.

B.     Konsep Pendidikan Zainuddin Labay
Dalam bidang pendidikan Zainuddin Labay termasuk seorang yang mula-mula memperkenalkan sistem sekolah yang baru. Dengan membuka sekolah diniyah (1915) ia mempergunakan sistem berkelas dengan sistem kurikulum yang lebih teratur mencakup pengetahuan umum seperti bahasa, matematika, sejarah, ilmu bumi, disamping pelajaran agama. Ia mengorganisasi sebuah klub musik untuk murid-muridnya.[1]
Selain itu Zainuddin Labay termasuk seorang yang produktif dalam menulis antara lain buku teks tentang fiqih dan tata bahasa arab, terjemahan biografi Mustafa Kamil. Pada waktu itu ia merupakan seorang yang termuda diantara tokoh-tokoh pembaharu. dan banyaklah orang-orang semasanya mempunyai harapan besar terhadap dirinya untuk tahun-tahun kemudian. Ia juga  menjadi seorang anggota pengurus Thawalib dan  mendirikan pula perkumpulan pelajar diniyah tahun 1922 dengan maksud bersama-sama membina kemajuan sekolah itu tetapi umurnya yang singkat (ia meninggal pada tahun 1924) tidak memberikan kesempatan kepadanya untuk lebih banyak menyumbangkan fikiran dan tenaga bagi perkembangan gerakan pembaharuan.[2]
Semasa hidupnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
  1. Zainuddin Labay telah menunjukkan otodidaknya menjadi seorang pembaharu dalam bidang pendidikan
  2. Ia berjasa mengembangkan bahasa arab sebagai pengantar maupun bahasa yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari
  3. Ia telah mempernalkan model pendidikan yang pada masa itu belum lazim digunakan yaitu model klasikal.
  4. Ia telah memperkenalkan pengetahuan modern ke dalam kurikulum pendidikan islam
  5. Usaha-usaha yang dilakukan Zainuddin Labay telah menghasilkan kader yang tangguh dalam bidang ilmu agama sebagaimana yang dilihatkan oleh Hamka.[3]
Selanjutnya pada tahun 1916 ketika ia masih menjadi murid dan membantu mengajar H. Abdul Karim Amrullah di Jembatan Besi, Zainuddin Labay mendirikan Madrasah Diniyah yang merupakan madrasah sore untuk pendidikan agama yang diorganisasikan berdasarkan sitem klasikal dan tidak mengikuti sistem pengajaran tradisional dan individual. Begitupula susunan pelajarannya berbeda dengan yang lain, yaitu dmulai dengan pengetahuan dasar bahsa Arab sebelum mulai membaca Al-Qur’an.
Di samping pendidikan agama, juga diberikan pendidikan umum, terutama sejarah dan ilmu bumi. Dalam kelas tertinggi mata pelajaran tersebut menggunakan buku-buku bahasa Arab dan dengan begitu mata pelajaran lebih bersifat ekstra bahasa arab dari pada ilmu bumi atau sejarah. Zainuddin Labay banyak mengambil metode mesir dalam pendidikannya[4]. Akan tetapi juga dapat diterima bahwa garis besar pengajaran dimadrasah ini juga memakai unsur pendidikan gubernemen yang sudah diikutinya selama 4 tahun,dan sejumlah besar muridnya juga masih mengkuti pendidikan pada pagi hari disekolah gubernemen[5].
Bahasa yang dipergunakan Zainuddin Labay dalam mengajar adalah bahasa arab dan untuk pelajaran ini tidak memakai buku atau kitab nahwu dan sharaf dalam bentuk sajak yang begitu rumit, tetapi memakai buku yang swederhana seperti yang dipakai di sekolah dasar mesir. Untuk  mata pelajaran lainnya, terutama fiqih dan sejarah islam yang dahulu tidak diperhatikan, Zainuddin Labay menyusun dalam bahasa melayu sedang untuk kelas yang lebih tinggi dalam bahasa arab yang sederhana. sedangkan untuk kelas tertinggi,dia selalu menggunakan buku-buku yang diterbitkan di Kairo maupun Beirut.[6]


BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kami ambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Zainuddin Labay lahir di sebuah “rumah gadang” (rumah adat lima ruang) yang terletak di jalan menuju Lubuk Mata Kucing Kenagarian Bukit Surungan, Padang Panjang tahun 1890 M atau bertepatan dengan tanggal 12 Rajab 1308 H. Ia lahir dari pasangan Syeikh Muhammad Yunus al-Khalidiyah dan Rafi’ah. Ayahnya Syekh Muhammad Yunus al-Khalidiyah adalah seorang ulama terkenal dan memegang jabatan sebagai qadhi di daerah Pandai Sikek.
2.      Zainuddin Labay telah menunjukkan otodidaknya menjadi seorang pembaharu dalam bidang pendidikan, ia berjasa mengembangkan bahasa arab sebagai pengantar maupun bahasa yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari, ia telah mempernalkan model pendidikan yang pada masa itu belum lazim digunakan yaitu model klasikal, ia telah memperkenalkan pengetahuan modern ke dalam kurikulum pendidikan islam, usaha-usaha yang dilakukan Zainuddin Labay telah menghasilkan kader yang tangguh dalam bidang ilmu agama sebagaimana yang dilihatkan oleh Hamka.
B.     Saran
Sebagai calon pendidik harus mengaplikasikan  ilmu pengetahuannya terhadap pendidikan dan  jadikanlah anak didik tersebut  sebagai pembenahan krisis pendidikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam pendidikan.










DAFTAR PUSTAKA

Suwito MA, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta: Prenada Media, 2005

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997

Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1985






































RIWAYAT HIDUP
a                                       Syamsul Arifin dilahirkan di Dusum Oberran RT 01/RW 06 Desa Murtajih Kecamatan Pademauwu Kabupaten Pamekasan. Lahir pada Tanggal 26 April 1989 anak ke 1 dari 2 bersaudara, putra dari bapak M. Sajjadi dan Ibu Hamsiya .
Pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi di tempuh di sejumlah tempat yang berbeda. Sekolah dasar lulus pada tahun 2001 di SDN Murtajih II,  SLTP tahun 2004 di MTs. Negeri Pademawu, SMA tahun 2006 di Madrasah Aliyah Negeri Jungcangcang Pamekasan I, sedangkan perguruan tinggi  ditempuh di STAIN Pamekasan sejak tahun 2007, pada jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam. (085 334 820 495)






[1] Suwito MA, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), hlm. 92
[2] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 188
[3] Suwito MA, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), hlm. 92
[4] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 189
[5] Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1985), hlm. 69-70
[6] Ibid, Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam,  hlm. 189

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search This Blog

Blogroll

Blogger templates