Pages

Ads 468x60px

Sabtu, 14 Januari 2012

Strategi Pengembangan Alat Pendidikan Islam di MAN Pamekasan


A.    Judul Penelitian
Strategi Pengembangan Alat Pendidikan Islam di MAN Pamekasan
B.     Konteks Penelitian
Apakah kira-kira yang dapat diharapkan dari perubahan-perubahan sistem alat pendidikan islam ini? alat pendidikan islam tiap kali dilaksanakan oleh gurunya, semboyan-semboyan seperti peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), pembentukan sekolah unggul, mari kita tingkatkan gemar membaca, terus menerus dengan lewat semua media massa. Ini merupakan upaya untuk memperbaiki nasib bangsa namun sekarang ada yang kurang tersentuh, yaitu bagaimana usaha agar dapat meningkatkan kemandirian siswa dengan belajar dengan sesuatu contoh mengekspresikan gagasanya lewat lisan dan tulisan. Seolah-olah sekarang terjadi proses pembinaan terhadap murid-murid.
Dalam melakukan segala aktivitas setiap individu dipengaruhi oleh pergaulan yang di dalamnya terdapat pengaruh yang dilakukan oleh pendidik terhadap anank didik, yang bermaksud memberi bimbingan atau pertolongan terhadap pertumbuhan anak ke arah kedewasaanya. Jadi uasaha atau pengaruh yang dilakukan si pendidik itu mempunyai tujuan, ada rencana tertentu yang hendak dicapai.
Dapat pula dikatakan bahwa pekerjaan mendidik itu dapat di bagi menjadi dua aspek, yaitu bentuk, dan isi. Yang dimaksud dengan isi disini ialah segala sesuatu yang mencakup tujuan atau rencana yang hendak dicapai si pendidik tentang tujuan pendidikan. Yang dimaksud dengan bentuk ialah segala usaha atau perbuatan yang dilakukan oleh si pendidik terhadap anak-anak dalam usahanya mendidik anak-anak. Jadi, bentuk ialah mengenai tingkah laku si pendidik terhadap anak didiknya, seperti memberi anjuran, memberi perintah, menasihati dan menghukum.[1]   
Alat pendidikan islam secara umum merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Daien Indra Kusuma[2] membedakan antara faktor denagn alat pendidikan. Faktor adalah hal atau keadaan yang ikut serta menentukan berhasil tidaknya pendidikan. Sedangkan alat adalah langkah-langkah yang diambil demi kelancaran proses pendidikan. Dengan demikian, alat pendidikan menurut Indera Kusuma berupa usaha dan perbuatan.
Dalam praktik pendidikan, istilah alat pendidikan sering diidentikan dengan media pendidikan, walaupun sebenarnya pengertian alat lebih luas dari pada media. Media pendidikan adalah alat, metode dan tekhnik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi dan edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.[3]
Di dalam dunia pendidikan terdapat bermacam alat pendidikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Ahmad D. Marimba membagi alat pendidikan ke dalam tiga bagian:
1.      Alat-alat yang memberikan perlengkapan berupa kecakapan dan berbuat dan pengetahuan hafalan. Alat-alat ini dapat disebut alat-alat untuk pembiasaan
2.      Alat-alat untuk memberi pengertian, membentuk sikap, minat dan cara-cara berfikir
3.      Alat-alat yang membawa ke arah keheningan bathin, kepercayaan dan pengarahan diri sepenuhnya kepadanya.[4]
Sedangkan Madyo Ekosilo, mengelompokkan alat pendidikan menjadi dua kelompok, yaitu:
1.      Alat pendidikan yang bersifat material, yaitu alat-alat pendidikan yang berupa benda-benda nyata untuk memperlancar pencapaian tujuan pendidikan. Misalnya papan tulis, Alat tulis, penghapus, media pendidikan dalam pembelajaran
2.      Alat pendidikan yang bersifat non material, yaitu alat-alat pendidikan yang berupa keadaan atau kondisi, tindakan dan perbuatan yang diadakan atau dilakukan dengan sengaja sebagai sarana dalam kegiatan pendidikan.[5]
Dari beberapa pendapat diatas, pembagian alat pendidikan yang dibuat Madyo Ekosusilo-material dan nonmaterial-bisa mewakili pendapat lainya. Hanya alat pendidikan yang bersifat material, lebih tepat disebut media pembelajaran atau peralatan belajar.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, alat pendidikan islam di MAN Pamekasan dijadikan sebagai pembiasaan dan pengawasan kepada siswanya untuk disiplin secara terus menerus  dan dijalankan secara teratur, sehingga pendidikan disana bersikap tegas dan teguh terhadap pembentukan siswa.
Akan tetapi melihat kondisi semacam ini, tentu saja kurang mendukung terhadap pembinaan yang dilakukan oleh guru-guru yang ada di MAN Pamekasan, karena apabila hanya seperti itu saja yang dilakukan, maka tidak akan ada pengembangan alat pendidikan islam yang muncul dari anak tersebut, dikarenakan ada paksaan yang dilakukan oleh guru, guna membentuk anak didiknya berkualitas.
Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis merasa tertarik untuk menjadikan persoalan tersebut sebagai pokok penelitian  dengan mengangkat judul “Strategi Pengembangan Alat Pendidikan Islam di MAN Pamekasan”.
C.    Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian tersebut dan untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian maka penulis merumuskan penelitianya sebagai berikut:
1.      Bagaimana memilih strategi pengembangan alat pendidikan islam di MAN Pamekasan?
2.      Faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam memilih strategi pengembangan alat pendidikan islam di MAN Pamekasan?
3.      Upaya apa saja yang dilakukan agar pemilihan dan penggunaan strategi pengembangan alat pendidikan islam di MAN Pamekasan berjalan lancar?
D.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dapat dikatakan target yag hendak dicapai dalam penelitian untuk dijadikan bukti kebenaran dari suatu teori yang diungkapkan, sehubungan dengan fokus yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan ini adalah:
1.      Untuk mengetahui bagaimana memilih strategi pengembangan alat pendidikan islam di MAN Pamekasan
2.      Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam memilih strategi pengembangan alat pendidikan islam di MAN Pamekasan
3.      Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan agar pemilihan dan penggunaan strategi pengembangan alat pendidikan islam di MAN Pamekasan berjalan lancar
E.     Kegunaan Penelitian
Secara praktis dengan melihat fokus di atas, maka penelitian ini mempunyai kegunaan yang akan bermanfaat bagi kalangan, yaitu:
1.      Bagi peneliti, penelitian ini akan menjadi salah satu pengalaman yang akan memperluas wawasan pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya tentang alat pendidikan islam.
2.      Bagi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan, diharapkan hasil penelitian ini memungkinkan untuk menjadi salah satu sumber kajian bagi kalangan mahasiswa baik sebagai bahan pengajaran materi perkuliahan, maupun untuk kepentingan penelitian lanjutan.
3.      Bagi MAN Pamekasan, sedikit banyak akan memberikan alternatif dalam membantu terciptanya proses belajar yang efektif, agar dapat tercapai hasil pembelajaran yang maksimal.
F.     Definisi Istilah
Untuk menghindari salah pengertian dan pemahaman dalam penulisan ini tentang Strategi Pengembangan Alat Pendidikan Islam di MAN Pamekasan, maka penulis akan menegaskan istilah-istilah yang dipandang perlu didefinisikan antara lain:
1.      Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sarana khusus
2.      Pengembangan adalah kegiatan yang dilakukan dan bertujuan untuk meningkatkan suatu keadaan pada tahap yang lebih baik
3.      Alat pendidikan islam adalah segala sesuatu untuk mencapai tujuan pendidikan islam.[6] Dengan demikian maka alat ini mencakup apa saja yang dapat digunakan termasuk di dalamnya media pendidikan
G.    Kajian Pustaka
Dalam memilih strategi pengembangan alat pendidikan islam ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya:
1.      Pentingya alat itu untuk mencapai tujuan atau kesesuaian alat itu dengan pengajaran.
Kalau tujuan hanya menyangkut bidang cognitive (pengetahuan) misalnya siswa dapat membedakan rukun dan sunat sembahyang jum’at dapat menyebutkan ayat berhubungan dengan shalat jum’at, menyebutkan orang-orang yang dibolehkan tidak sembahyang jum’at dan sebagainya, maka alat yang dipilih adalah buku teks, qur’an dan skema
Bila tujuan itu menyangkut bidang psikomotor, misalnya siswa dapat melakukan gerakan-gerakan dalam sembahyang dengan baik. Maka alat atau medianya adalah film, gambar orang sembahyang atau demontrasi oleh guru sendiri.
Bila tujuan itu menyangkut bidang efektif, misalnya siswa menyayangi fakir miskin, maka medianya adalah melaksanakan kegiatan sosial keagamaan, mengadakan pengamatan langsung terhadap kehidupan fakir miskin (kalau perlu observasi partisipant), menyaksikan film tentang penyantunan fakir miskin.   
2.      Alat itu harus disesuaikan dengan kemampuan siswa.
Anak sekolah menengah sudah memiliki kemampuan untuk berfikir kritis dan kemampuan untuk mencari dan menemukan sendiri, maka alat pendidikan yang dipakai sudah harus agak sofisticated. seperti, drama film dan film yang menyangkut berbagai kejadian alam.
3.      Harus diperhatikan keadaan dan kondisi sekolah.
Tidak semua sekolah memiliki alat yang cukup, aliran listrik mungkin tidak ada dan juga kemampuan guru menggunakan alat
4.      Hendaknya diperhatikan soal waktu yang tersedia untuk mempersiapkan alat dan penggunaanya dikelas
5.      Harga atau biaya alat itu hendaknya sesuai dengan efektivitas alat
Penerapan strategi pengembangan alat pendidikan islam melalui dengan cara keabiasaan, pengawasan, perintah, larangan, ganjaran, dan hukuman.
  1. Kebiasaan
Istilah kebiasaan berarti perbuatan yang berlangsung secara mekanis, berhubung telah berkali-kali terulangnya.[7] kebiasaan biasanya sering terjadi pada anak didik yang sering meniru tinkag laku disekitarnya, sehingga kebiasaan yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a.       Pembiasaan itu hendaklah terus menerus (berulang-ulang), dijalankan secara teratur, sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis. Untuk itu dibutuhkan pengawasan
b.      Jangan memberi kesempatan kepada anak untuk melanggar pembiasaan yang telah ditetapkan. Jadi, pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan teguh terhadap pendirian yang telah diambil
c.       Pembiasaan itu pada akhirnya berdasarkan kata hati. Pembiasaan yang mula-mula mikanistis itu harus menjadi pembiasaan yang disertai kata hati anak tersebut
  1. Pengawasan
Pembiasaan yang baik membutuhkan pengawasan. Demikian pula peraturan-peraturan dan pelarangan-pelarangan dapat berjalan dan ditaati dengan baik jika disertai dengan pengawasan yang terus menerus. perkataan “terus menerus” disini dimaksudkan, bahwa pendidik hendaklah konsekuen, apa yang telah dilarang hendakanya dijaga jangan samapi dilanggar, dan apa yang telah diperitahkan jangan sampai diingkari. pengawasan sangat perlu yakni untuk menjaga dari bahaya-bahaya yang dapat merugikan perkembangan anak didik baik jasmani maupun rohani.
 Tujuan pengawasan ialah membimbing anak didik, agar ia menjalankan sendiri apa yang diperintahkan dan tidak berbuat hal yang menjadi larangan. Jelaslah, bahwa tujuannya bukan untuk mencari kesalahan, melainkan pengawasan anak didik dalam menghadapi dan mentaati peraturan.
Pengawasan mempunyai nilai tersendiri diantaraya: 1. Pengawasan mendidik kata hati anak didik. 2. Pengertian anak didik tentang norma luhur yang semakin mendalam dengan adanya pengawasan. 3. Dalam ilmu jiwa perkembangan kita mengetahui, bahwa kemauan anak didik masih lemah. 4. Dalam pergaulan dengan teman-temanya anak didik melihat dan mengetahui adanya teman yang mengingkari peraturan. 5. Kemauan anak didik yang belum cukup kuat, pendidik mengerti bahwa kemungkinan pelanggaran peraturan selalu ada.      
  1. Perintah
Perintah bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang dan harus dikerjakan oleh orang lain, tetapi dalam hal ini anak didik harus mengikuti perintah dan peraturan dalam pendidikan yang mengandug norma dan kesusilaan. Adapun syarat-syarat agar perintah dapat ditaati antara lain:
a.       Perintah hendaklah terang dan singkat, jangan terlalu banyak komentar, sehingga mudah dimnegerti oleh anak didik
b.      Perintah hendaklah sesuai dengan keadaan dan umur anak didik, sehingga jangan sampai memberi perintah yang tidak mungkin dikerjakan oleh anak didik, tiap perintah hendaklah disesuaikan dengan kesanggupan anak didik.
c.       Janganlah terlalu banyak dan berlebihan dalam memberi perintah, sebab berpotensi untuk membentuk anak yang tidak patuh, atau bahkan membangkah perintah. Jadi, bijaksanalah dalam memberikan perintah
d.      Guru hendaklah konsekuen terhadap apa yang telah diperintahkannya. Suatu perintah yang harus ditaati oleh anak didik, berlaku pula bagi anak yang lain.    
  1. Larangan
Dalam memberikan perintah sering kali dibarengi dengan larangan. larangan ini dimaksudkan untuk melakukan pencegahan atas pebuatan yang biasa membahayakan diri anak didik dan juga orang lain sebagai akibat dari perbuatan anak.
Biasanya sebelum guru melaksanakan larangan, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan sebagai berikut:
a.       Sama halnya dengan perintah, larangan harus diberikan dengan singkat, agar dimengerti maksud larangan itu
b.      Jika mungkin, larangan bisa disertai dengan penjelasan singkat.
c.       Jangan terlalu sering melarang karena akibatnya tidak baik bagi perkembangan anak 
  1. Hukuman
Pada dasarnya, hukuman adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak didik yang melanggar, dilakukan secara sadar dan sengaja, dengan harapan agar anak tersebut menyadari kesalahannya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
                     Ada beberapa teori dalam menerapkan/memberikan hukuman yaitu:
1.      Teori hukum alam
Membiarkan anak dihukum secara alami akibat perbuatannya sendiri.
2.      Teori ganti rugi
Hukuman yang diberikan dengan cara meminta agar anak bertanggug jawab atau menanggung resiko dari perbuatannya.
3.      Teori menakut-nakuti
Hukuman dimaksudkan untuk menakut nakuti anak agar agar anak tidak melakukan pelanggaran
4.      Teori balas dendam
Hukuman dilakukan karena balas dendam
5.      Teori memperbaiki  
Hukuman dilakukan dengan maksud menyadarkan anak agar tidak mengulangi lagi perbuatannmya.[8]
Dari beberapa teori di atas, hanya teori memperbaiki yang dapat dilakukan dalam dunia pendidikan. itupun tidak boleh dilakukan secara sewenang-wenang, ada syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi dalam memberikan hukuman, yaitu:
1.      Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta kasih sayang
2.      Pemberian hukuman harus didasarkan pada alasan “keharusan”
3.      Pemberian hukuman harus menimbulkan kesan pada hati anak
4.      Pemberian hukuman harus diikuti dengan pengampunan dan disertai dengan harapan serta kepercayaan.[9]
  1. Ganjaran
Ganjaran membuat anak tenang dan termotivasi, karena itu, alangkah arifnya apabila semaksimal mungkin menghindari hukuman dan lebih banyak memberikan ganjaran dalam  menghadapi persoalan-persoalan anak. sebab, untuk membuat anak sadar dari kekeliruan, tidak dilakukan dengan cara menghukum, melalui ganjaranpun anak bisa sadar, yakni melalui pendekatan dan kasih sayang dan pujian.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan guru dalam memberikan ganjaran kepada anak, yaitu:
a.       Pujian
Bisa berupa kata-kata yang bersifat sugestif. Misalnya: baik, bagus, baik sekali atau berupa isyarat-isyarat (seperti: menepuk bahu anak, tepuk tangan).[10]
b.      Penghormatan
Bisa berupa penobatan. Misalnya: dinobatkan sebagai juara kelas atau pemberian kekuasaan untuk melakukan sessuatu. (seperti: anak yang berhasil menjawab soal sulit, disuruh mengerjakan di papan tulis agar di contoh oleh temannya).   
c.       Hadiah
Maksudnya memberikan ganjaran berupa hadiah barang. Misalnya: anak yang bisa menjawab pertanyaan sulit, diberi hadiah buku.
d.      Tanda penghargaan  
Penghargaan dapat diberikan kepada perorangan dan kepada rombongan: keluarga, regu, kelas dan sebagainya. Misalnya: anak yang berprestasi diberi sertifikat, bertamasya, berceriata.[11]
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih alat bantu di dalam strategi pengembangan alat pendidikan islam:
1.      Obyektitas
Subjektivitas guru di dalam memilih media pengajaran harus dihindari. Artinya, guru tidak boleh memilih suatu media pengajaran atas dasar kesenangan pribadi. Tetapi  harus meminta pandangan atau saran dari teman sejawat atau melibatkan siswa.
2.      Program Pengajaran
Program pengajaran yang akan disampaikan kepada anak didik harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya, maupun kedalamanya. Tetapi apabila hanya untuk mengisi waktu senggang agar anak didik semangat dan senang dalam pelajaran walaupun tidak sesuai dengan program pelajaran, tidak dijadikan suatu permasalahan asalkan banyak manfaatnya bagi anak didik.
3.      Sasaran Program
Sasaran program yang dimaksud adalah anak didik akan menerima informasi pengajaran melalui media pengajaran. Sesuai dengan tingkat usianya dan daya kemampuan berfikirnya, daya imajinasinya, kebutuhanya, maupun daya tahan dalam belajarnya sehingga sasaran program tersebut sesuai dengan keinginan anak didik dalam pengunaanya 
4.      Situasi dan Kondisi
Situasi dan kondisi juga perlu mendapat perhatian di dalam menentukan pilihan media pengajaran yang akan digunakan. Situasi yang dimaksud meliputi
a.       Keadaan sekolah atau tempat maupun ruangan yang akan dipergunakanya: seperti ukuran dan perlengkapanya.
b.      Situasi serta keadaan anak didik yang akan mengikuti pelajaran mengenai jumlahnya dan kegairahanya: Misalanya: Praktik olahraga     
5.      Kualitas Teknik
Dari segi tehnik, media pengajaran yang akan digunakan perlu diperhatikan, apakah sudah memenuhi syarat. Barang kali ada audionya atau gambar-gambar yang kurang jelas atau kurang lengkap, sehingga perlu penyempurnaan sebelum digunakan agar tidak menganggu dalam proses pembelajaran.
6.      Keefektifan dan Efesiensi Penggunaan.
Keefektifan berkenaan dengan hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi berkenaan dengan proses pencapaian hasil tersebut. Keefektifan dalam penggunaan media meliputi apakah dengan menggunakan media tersebut informasi pengajaran dapat diserap dengan optimal oleh anak didik sehingga menimbulkan perubahan tingkah lakunya. Sedangkan efisiensi meliputi apakah dengan menggunakan media tersebut, waktu, tenaga dan biaya dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut sedidkit mungkin ada media yang dipandang sangat efektif untuk mencapai suatu tujuan, namun proses pencapaian tidak efisien, baik dalam pengadaanya maupun dalam penggunaanya. demikian pula sebaliknya ada media yang efisien dalam penggunaan dan pengadaanya, namun tidak efektif dalam pencapaian hasilnya. memang sangat sulit untuk mempertahankan keduanya (efektif dan efisien) secara bersamaan, tetapi dalam memilih media (alat bantu) pengajaran guru sedapat mungkin memenuhi keefektifan dan keefisiensian penggunaanya.[12]
H.    Metode Penelitian
1.       Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bagdan dan Taylor penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang digunakan dan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari perilaku orang-orang yang diamati.[13] Atau penelitian menggunakan data-data yang tidak bisa diukur dengan angka secara pasti.[14] Dalam penelitian kualitatif digunakan rancangan penelitian deskriptif, yaitu peneliti berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada pada sekarang berdasarkan data-data.
Sedangkan jenis penelitian dalam kegiatan ini adalah penelitian lapangan ( Field Research ), hal ini dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat kelapangan untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah. Dalam hal ini maka pendekatan ini berkaitan dengan pengamatan-berperan serta.[15]
2.       Kehadiran Peneliti.
Kehadiran peneliti dalam kegiatan menjadi suatu hal wajib yang dijalankan dalam sebuah penelitian untuk mendapatkan data dari informen dan responden, namun peneliti sebagai pencari informasi bersifat pasif dalam artian peneliti hanya akan mengamati secara langsung yang statusnya diketahui oleh rersponden, kehadiran peneliti secara langsung bertujuan untuk memperoleh data dan juga menjalin keakraban antara responden dengan peneliti untuk mendapatkan kemudahan dalam memperoleh data itu.
3.       Lokasi Penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menentukan lokasi di MAN Pamekasan
4.       Sumber Data.
Menurut lofland, sumber data utamanya dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain.[16]
Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah manusia dan non manusia, sumber data manusia dalah:
a.        Kepala Sekolah merupakan pemimpin pendidikan di sekolah dalam mengambil kebijakan dalam tugas-tugas adminitrasi
b.        Koordinator Pendidikan Agama Islam yang memberikan fasilitas kepada guru dan siswa 
c.        Guru sebagai fasilitator dan motivator pembelajaran siswa
d.       Siswa yang menjadi tolak ukur dalam proses belajar mengajar
Sedangkan data non manusia berupa dokumen yang merekam semua hal yang bersangkutan dalam kegiatan.
Dengan demikian yang menjadi subyek utama dalam penelitian ini adalah  kepala sekolah, Koordinator Pendidikan Agama Islam (PAI), guru dan siswa
Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan adalah berupa petanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh informan yang sesuai dengan seperangkat pertanyaan yang diberikan oleh peneliti berpedoman pada fokus penelitian.
5.       Prosedur Pengumpulan Data.
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Pengamatan yang digunakan peneliti untuk melihat fenomena yang ada di lapangan
Jenis wawancara ada dua yaitu wawancara tersruktur dan tidak struktur. Wawancara tidak terstruktur adalah pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan, wawancara disini dituntut untuk lebih berkreatifitas agar dapat memperoleh hasil wawancara yang bagus, pewancara sebagai pengemudi jawaban responden
Sedangkan wawancara terstruktur adalah pedoaman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai che-list (tanda-daftar) pewancara tinggal membutuhkan tanda pada nomor yang sesuai.[17] 
Observasi menurut purwanto adalah metode atau cara menganmalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis emngenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok.[18]
6.       Analisis Data.
Analisis data merupakan upaya mencari dan mendata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikanya sebagai temuan bagi orang lain.[19]
            Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah:
1.      Cheking/Pengecekan.
Data yang berasal dari transkip wawancara, observasi dan dokumentasi di cek atau diperiksa kembali, tujuanya untuk mengetahui tingkat kelengkapan data atau informasi yang diperlukan.
2.      Organizing.
Setelah mengadakan pengecekan data, maka selanjutnya adalah pengelompokan data. Hal ini dilakukan dengan cara memilah-milah atau mengklarifikasikan data sesuai dengan arah fokus penelitian.
3.      Trigulasi
Trigulasi adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data ini untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. 
7.       Pengecekan Keabsahan Data.
Dalam hal ini peneliti melakukan pengecekan keabsahan temuan data dilakukan dengan cara cermat dan hati-hati agar penelitian ini tidak sia-sia dan bukan hanya menjadi seremonial belaka, sehingga kegunaan dan manfaat penelitian ini benar-benar dirasakan.
Pelaksanaan tekhnik penelitian data didasarkan atas sejumlah kriteria-kriteria tertentu, kriteria tersebut adalah :
1.      Kredibilitas (Kepercayaan).
2.      Transferabilitas (Keteralihan).
3.      Dependabilitas (Keberagaman).
4.      Konfirmabilitas (Kepastian).
Berangkat dari hal tersebut, untuk memastikan data telah memenuhi empat kriteria diatas, maka pemeriksaan data yang diperlukan peneliti untuk mengukur keabsahan temuan adalah dengan langkah sebagai berikut:
1.      Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikut sertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu yang singkat. Tetapi memerlukan perpanjangan keikut sertaan peneliti karena dengan begitu peneliti dapat mengkaji ketidak benaran informasi dan membangun kepercayaan subyek
2.      Observasi yang Diperdalam
Observasi ini dilakukan untuk meningkatkan intensitas ketekunan dalam melakukan pengamatan agar peneliti memperoleh data yang akurat sesuai dengan masalah yang diteliti.
3.      Triangulasi
Yang dimaksud dengan triangulasi disini adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu, triangulasi yang dipakai adalah dengan sumber, treori atau metode yang berarti membandingkan atau mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh, dalam kontek penelitian ini sumber data terutama wawancara tidak mencukupkan satu orang saja, tetapi dengan beberapa orang yang diambil secara purposif agar data yang diperoleh benar-benar sesuai dengan realitas yang ada.
4.      Diskusi
Yang dimaksud diskusi disini adalah mendiskusikan data hasil temuan dengan dosen pembimbing. Hal ini penting mengingat pengaruh internal dan ekstrenal biasanya dikhawatirkan membuat peneliti kehilangan objektifitas dalam pengecekan data.
8.       Tahap-tahap Penelitian.
Tahap-tahap penelitian yang ditempuh oleh peneliti adalah dengan mengkategorikan dalan tiga hal :
1.       Tahap Pra Lapangan
Tahap ini meliputi rancangan penelitian memilih dan memanfaatkan informan, mengurus perizinan, memilih lapangan penelitian, menyiapkan perlengkapan atau instrumen, dan mengantisipasi persoalan etika penelitian.
2.       Tahap Pekerjaan Lapangan
Meliputi: Memahami latar belakang penelitian, mempersiapkan diri dan berperan serta sambil mengumpulkan data.
3.       Tahap Analisis Data.
Meliputi: Tahapan mengecek data yang diperoleh kemudian mengorganizing data sekaligus menyajiakan data.




RIWAYAT HIDUP
a                                       Syamsul Arifin dilahirkan di Dusum Oberran RT 01/RW 06 Desa Murtajih Kecamatan Pademauwu Kabupaten Pamekasan. Lahir pada Tanggal 26 April 1989 anak ke 1 dari 2 bersaudara, putra dari bapak M. Sajjadi dan Ibu Hamsiya .
Pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi di tempuh di sejumlah tempat yang berbeda. Sekolah dasar lulus pada tahun 2001 di SDN Murtajih II,  SLTP tahun 2004 di MTs. Negeri Pademawu, SMA tahun 2006 di Madrasah Aliyah Negeri Jungcangcang Pamekasan I, sedangkan perguruan tinggi  ditempuh di STAIN Pamekasan sejak tahun 2007, pada jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam. (085 334 820 495)



[1] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 164
[2] Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabya: Usaha Nasional, 1973), hlm. 137
[3] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 80
[4]   D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,(Bandung : Al-Ma’arif, 1987), hlm. 52
[5]   Madyo Ekosusilo, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang : Afthar Publishing, 1985), hlm. 43
[6]   Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005), hlm. 123
[7] Soejono, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum, (Bandung: Ilmu, 1980), hlm. 157
[8]   Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabya: Usaha Nasional, 1973), hlm.148-151
[9] Moh. Kosim, Buku Ajar Pengantar Ilmu Pendidikan, (Pamekasan: STAIN Press, 2006), hlm. 65
[10]             Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabya: Usaha Nasional, 1973), hlm. 159-161
[11] Soejono, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum, (Bandung: Ilmu, 1980), hlm. 162
[12] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik. (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), hlm. 215-217
[13] Lexy Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1988), hlm. 3
[14] Syargawi Dhafir, Pengantar Metodologi Reset, (Prenduen: Al-Amien Printing, 1997), hlm. 41
[15] Lexy J. Moeleong, Penelitian Kualitatif, hlm. 26
[16] Ibid. hlm. 7
[17] Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm., 186
[18] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, cet: 12 (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 202
[19] Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif  (Jogjakarta : Reka Serasin, 2000), hlm. 142

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search This Blog

Blogroll

Blogger templates